Sektor Pariwisata Thailand Diguncang Kasus Perdagangan Orang, Jerat Wisatawan dari Hong Kong dan China Daratan

2 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Sektor pariwisata Thailand yang membaik selepas menderita akibat pandemi Covid-19 kembali diguncang masalah. Kali ini muncul dari kasus perdagangan orang dengan korban merupakan wisatawan asing, termasuk China daratan dan Hong Kong.

Mengutip The Thaiger, Kamis (16/1/2025), Kepala Eksekutif Hong Kong John Lee Ka-chui menyebut bahwa 28 warganya terjebak di luar negeri sejak pertengahan 2024. Baru 16 orang yang berhasil pulang dari jebakan rayuan manis pemberi kerja di kawasan Asia Tenggara. 

Untuk itu, pihaknya lewat Biro Keamanan telah mengirimkan satuan tugas ke Thailand. Delegasi yang dipimpin oleh Wakil Menteri Keamanan Michael Cheuk Hau-yip, mengadakan pertemuan maraton selama tiga jam pada Selasa, 14 Januari 2025, dengan Inspektur Jenderal Kepolisian Kerajaan Thailand Tatchai Pitaneelaboot dan pejabat pencegahan kejahatan lainnya.

Diskusi berfokus pada penyelidikan bersama dan strategi untuk membantu 12 korban yang tersisa yang diyakini masih ditahan. Satuan tugas juga mengunjungi biro polisi pariwisata setempat dan Kementerian Pariwisata dan Olahraga Thailand untuk membahas langkah-langkah untuk melindungi wisatawan.

"Pemerintah kami sangat mementingkan penyelamatan warga Hong Kong dan tidak akan menghentikan upaya untuk membawa mereka pulang," kata Lee. Ia menambahkan bahwa polisi Thailand menanggapi masalah ini dengan sangat serius dan berkomitmen untuk bekerja sama.

Hal senada juga disampaikan oleh Menteri Keamanan Hong Kong Chris Tang Ping-keung. Global Times melaporkan bahwa tujuan utama pemerintah adalah memulangkan semua individu yang terdampak ke Hong Kong secepat mungkin. "Kami bekerja tanpa lelah untuk memastikan pemulangan mereka yang aman," ucapnya.

Bentuk Satgas Khusus Lindungi Wisatawan Asing

Sementara itu, pejabat Thailand menyoroti upaya terbaru untuk meningkatkan keselamatan wisatawan, termasuk pembentukan Pusat Operasi Keselamatan Wisatawan (TCOC). Inisiatif ini mengoordinasikan kepolisian di seluruh negeri dan mengintegrasikan aplikasi seluler yang baru diluncurkan, Thailand Tourist Police, yang memungkinkan wisatawan untuk melaporkan keadaan darurat, mengirim detail lokasi, dan mengakses bantuan 24 jam dalam delapan bahasa.

Selain dengan Hong Kong, Thailand juga bekerja sama dengan otoritas China daratan untuk memerangi penipuan call center, perdagangan manusia, dan kejahatan transnasional. Fokus utamanya adalah menemukan individu yang hilang yang ditipu untuk bepergian ke negara-negara tetangga.

Pertemuan diadakan pada Minggu, 12 Januari 2025, di Markas Besar Kepolisian Kerajaan Thailand di Bangkok, yang dihadiri oleh pejabat senior dari kedua negara. Terkait upaya tersebut, polisi di Provinsi Sa Kaeo menangkap seorang warga negara China pada Kamis (16/1/2025) lewat operasi penyamaran di perbatasan. Dia mengklaim melarikan diri dari perdagangan ke Kamboja.

Tersangka diidentifikasi bernama Ji Hongli, pria berusia 36 tahun dari Provinsi Henan, China. Ia ditangkap di Ban Dong Ngu, Distrik Pa Rai. 

Penangkapan Warga China di Perbatasan Thailand-Kamboja

Menurut klaim Ji, dia awalnya tiba di Thailand sebelum terbang ke Phnom Penh, Kamboja, tempat dia bekerja di bar KTV dengan pendapatan USD500 (sekitar Rp8,2 juta) per bulan. Belakangan, dia diduga direkrut untuk bekerja oleh geng pusat panggilan, yang membuatnya pulang dengan tangan kosong setelah sebulan bekerja.

Dalam upaya untuk melarikan diri, Ji mengaku bertemu dengan seorang pria Kamboja yang membantu membawanya melalui jalur belakang ke perbatasan Thailand, diduga untuk kembali ke China. Namun, polisi Thailand yang skeptis tidak percaya dengan pengakuan Ji. Ia pun dijerat dengan tuduhan sebagai orang asing yang memasuki dan tinggal di Thailand secara ilegal.

Penangkapan tersebut menyoroti tantangan keamanan di wilayah perbatasan dan perlintasan ilegal di wilayah tersebut, hingga dunia bawah tanah yang gelap dari aksi perlintasan batas ilegal. Pengungkapan kasus itu menambah daftar dugaan kasus perdagangan orang yang melibatkan warga asing di Thailand.

Aktor China Juga Jadi Korban Perdagangan Orang

Sebelumnya, seorang aktor China Wang Xing hilang setelah diculik oleh geng perdagangan manusia di perbatasan Thailand-Myanmar. Wang Xing, yang dikenal oleh penggemar sebagai Xing Xing, menghilang pada 3 Januari 2025 setelah meninggalkan Bandara Pudong Shanghai menuju Thailand untuk menjalani syuting proyek film di wilayah perbatasan yang ternyata kedok belaka.

Sosoknya terakhir terlihat di Mae Sot. Plot kasusnya bahkan mirip dengan alur cerita No More Bets, sebuah film blockbuster China dengan karakter utama dijebak oleh pusat penipuan di Thailand. Ia berhasil ditemukan pada minggu lalu oleh Kepolisian Thailand.

Kepolisian Kerajaan Thailand (RTP) selanjutnyameluncurkan penyelidikan berisiko tinggi menyusul hilangnya dua warga negara China lainnya di dekat perbatasan Thailand-Myanmar yang terkenal itu. Kedua orang yang hilang termasuk seorang model pria dan seorang wanita muda.

Polisi Thailand mengumumkan bahwa mereka akan meluncurkan penyelidikan mendalam ke jaringan perdagangan manusia dan berencana untuk menghentikannya kasus tersebut selamanya. Wisatawan diminta lebih waspada dengan tawaran pekerjaan yang menggiurkan dengan modus terbang ke Thailand sebelum dimobilisasi ke negara lain.

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |