Sejarah Glodok Plaza yang Dilanda Kebakaran, Pernah Jadi Penjara Bung Hatta dan Band Legendaris Indonesia

4 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta - Kebakaran hebat melanda gedung Glodok Plaza, Tamansari, Jakarta Barat pada Rabu, 15 Januari 2025) malam. Hingga pagi hari, Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta melaporkan telah mengerahkan 45 unit gabungan, terdiri dari 29 unit dari Jakarta Barat, 6 unit dari Jakarta Pusat, 4 unit dari Jakarta Utara, serta masing-masing 1 unit dari Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.

Kebakaran yang diduga berasal dari diskotek di lantai 7 gedung sudah berlangsung selama 10 jam. Glodok Plaza selama tidak hanya dikenal sebagau pusat elektronik di Jakarta, tapi juga punya sejarah yang cukup unik.

Dikutip dari laman glodokplaza.com, merdeka.com dan akun Facebook Perpustakaan Nasional, Kamis (16/1/2025), pada Juni 1977, Glodok Plaza diresmikan sebagai Pioneer Pusat Perbelanjaan Modern di Indonesia. Gedung perbelanjaan berlantai enam ini ditempati para pedagang dan berbagai bidang usaha khususnya alat-alat elektronik. 

Namun Glodok Plaza awalnya adalah tempat angker yaitu bekas Lembaga Pemasyarakatan Khusus (LPK). Sebelum era kemerdekaan gedung ini jadi tempat para narapidana terutamayang akan menjalani hukuman mati. Penjara yang dibangun pada 1743 itu mulanya hanya digunakan untuk menahan warga Tionghoa yang memberontak saja.

Lambat laun, banyaknya pemberontakan di berbagai daerah, termasuk luar Jawa, membuat para tahanan dari pulau lain turut ditampung di penjara yang dahulu bernama Strafinrichting Glodok ini. Para tahanan diketahui menjalani sejumlah hukuman, mulai dari penahanan ringan, hingga penyiksaan oleh tentara Belanda karena dianggap tak patuh. Fungsinya sebagai penampungan pelaku kejahatan hingga maling kelas bawah membuat penjara Strafinrichting Glodok dianggap sebagai ‘sumber’ kematian karena kondisinya yang tidak layak.

Kondisi tahanan yang berdesakan di ruangan kumuh menjadikan penjara tersebut sebagai pusat penularan berbagai penyakit, seperti disentri. Bahkan untuk kebutuhan makan tahanan saja, petugas penjara tidak menyediakannya dengan baik hingga menyebabkan banyak kematian karena kelaparan.

Dari Penjara Jadi Pusat Perbelanjaan

Selain itu kakus atau toilet yang berada di dalam ruangan dengan posisi sumur air yang berada di luar bangunan sel, makin memperparah sanitasi di sana. Belum lagi rentetan senjata yang kerap terdengar dari halaman belakang, menjadi tanda kematian dari tahanan yang dieksekusi mati tentara penjajah.

Masih di tahun 1940an, Wakil Presiden Republik Indonesia yang pertama yakni Mohammad Hatta atau Bung Hatta disebut pernah ditahan di Penjara Glodok. Saat itu tokoh pergerakan tersebut dipenjara selama 10 bulan oleh Belanda. Inilah yang menjadi awal kehidupannya di penjara, sebelum diasingkan ke Boven Digul, hingga dipindahkan ke Pulau Banda Neira.

Sesudah era kemerdekaan berubah fungsi tempat menyimpan tahanan. Di dekade 1960-an, penjara Glodok masih dipakai sebagai tempat menahan orang-orang yang dianggap tidak nasionalis, dan berorientasi Barat. Namun kala itu, fungsinya menjadi Lembaga Pemasyarakatan Khusus (LPK)Band legendaris Indonesia, Koes Plus yang saat itu masih bernama Koes Bersaudara turut mengalami hal ini.

Awalnya Yon Koeswoyo, sang vokalis dipanggil oleh rezim Sukarnodi tahun 1965 dan dipenjarakan di LPK Glodok karena dianggap memainkan musik Barat ala The Beatles. Ketika iitu Indonesia sedang dekat dengan Uni Soviet dan China, negara komunis yang bermusuhan dengan negara-negara Barat seperti Amerika Serikat.

Yon Koeswoyo kemudian dipenjara selama tiga bulan bersama personil lainnya yang juga merupakan kakak dan adiknya yakni Tony, Nomo, dan Yok Koeswoyo. Tiga bulan kemudian mereka pun dibebaskan, tiga hari sebelum peristiwa G30-S PKI.

Pusat Perbelanjaan Terkemuka di Bidang Elektronik

Di masa sekarang, kisah kelam dari Penjara Glodok tampaknya sudah hilang. Sejak tahun 1977, LPK Glodok beralih fungsi menjadi kawasan pertokoan dengan ikon utamanya Plaza Glodok.

Saat itu penjara tersebut dianggap sudah tidak layak, sehingga dijual kepada investor, kabarnya senilai Rp560 juta. Sekitar lima ratusan tahanan pun dipindahbinakan di Lapas Cipinang. Tahun 1980 sampai 1990-an, Plaza Glodok menjadi salah satu pusat perbelanjaan terkemuka di bidang elektronik hingga perkakas rumah tangga.

Bukan tanpa alasan lokasi tersebut fenomenal. Letaknya yang strategis, dan lengkapnya barang berharga murah menjadi incaran para pengunjung dari berbagai daerah. Kini, kawasan pertokoan di Glodok masih terus bergeliat dengan menjual berbagai jenis makanan, kebutuhan elektronik, hingga perlengkapan kesehatan.

Kini Glodok Plaza sedang dilanda kebakaran dan masih terus berusaha untuk dipadamkan. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Gulkarmat DKI Jakarta, Satriadi Gunawan, menyampaikan bahwa sejumlah orang yang sempat terjebak dalam kebakaran di Gedung Glodok Plaza, Tamansari, Jakarta Barat, pada Rabu malam, telah dievakuasi oleh petugas Palang Merah Indonesia (PMI).

Strategi Padamkan Api di Glodok Plaza

Satriadi mengonfirmasi terdapat sembilan orang yang sempat terjebak, terdiri dari delapan laki-laki dan satu perempuan. Mereka telah dibawa menggunakan ambulans PMI untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

"Iya, betul (delapan laki-laki dan satu perempuan). Jadi sudah di PMI, sudah dievakuasi, di ambulans," kata Satriadi di lokasi, Kamis (16/1/2025), melansir kamal News Liputan6.com. Satriadi mengatakan hingga saat ini dirinya belum menerima informasi terkait adanya korban luka dan jiwa maupun petugas yang mengalami cedera selama proses evakuasi dan pemadaman.

Petugas terus fokus melokalisir api di lantai tujuh, delapan, dan sembilan agar tidak merambat ke lantai enam dan lantai-lantai lainnya. Satriadi menjelaskan bahwa dua strategi diterapkan untuk memadamkan api.

Strategi pertama dilakukan dari luar gedung dengan menggunakan tiga unit fire stick dan satu unit bronco skylight. Sementara strategi kedua, tim pemadam kebakaran juga memasuki gedung dengan menggunakan breathing apparatus dan perlengkapan APD lengkap untuk melakukan pemadaman dari dalam.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |