Revolusi Perawatan Kulit Pria 2026, dari Sekadar Tren sampai Jadi Gaya Hidup Berbasis Sains

3 days ago 18

Liputan6.com, Jakarta - Pasar perawatan kulit pria diprediksi akan mengalami lonjakan fundamental pada 2026. Tidak lagi dipandang sebagai kebutuhan sekunder, perawatan diri bertransformasi jadi investasi gaya hidup dan budaya modern bagi pria Indonesia.

Pergeseran ini bukan sekadar estetika, melainkan strategi untuk meningkatkan kepercayaan diri di ranah sosial maupun profesional. Data pasar menunjukkan perubahan perilaku konsumen yang signifikan.

Founder dan CEO The Goods Dept, Anton Wirjono, mengungkap bahwa kesenjangan belanja antara pria dan wanita kian menipis. "Belanja pria mulai mengejar tingkat belanja wanita," ujar Anton saat jumpa pers di Jakarta, Rabu, 26 November 2025.

Meski masih dalam tahap pertumbuhan, tren ini dinilai sebagai indikator kuat bahwa estetika kini menjadi prioritas para pria. Pendorong utamanya adalah kebutuhan profesional. "Kita mau membuat kesepakatan dengan orang atau mencari pekerjaan, penampilan kita jadi sangat penting," tambah Anton.

Andrie Kurniarahman, Group Head of Brand Development PC and Innovation ParagonCorp, memprediksi, pasar ini akan meledak jadi sebuah gaya hidup baru. Ia bahkan menyebut munculnya norma budaya baru di mana ketidakpedulian terhadap perawatan diri akan dianggap tertinggal.

Anton mengamini pandangan tersebut, menyebut, "Jika tidak paham kondisi wajah atau skincare, seseorang akan dianggap tidak mengikuti budaya." Kendati kesadaran meningkat, literasi mengenai kesehatan kulit di kalangan pria masih menjadi tantangan. 

Tantangan Literasi dan Solusi Berbasis AI

Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski) Cabang Jakarta, dr. M. Akbar Dhana, mencatat bahwa pria umumnya memiliki sikap "lebih cuek." Sering kali, kunjungan mereka ke dokter kulit terjadi karena dorongan pihak lain, bukan inisiatif sendiri.

Merespons hal ini, tren 2026 akan berfokus pada pendekatan personalisasi ekstrem yang didukung oleh sains dan teknologi Kecerdasan Buatan (AI). Teknologi ini hadir untuk menjembatani minimnya pengetahuan konsumen dengan solusi yang presisi.

"Kami memanfaatkan AI untuk membantu edukasi menjadi lebih cepat dan mudah diakses. Salah satunya melalui Skin Analyzer AI," sebut Andrie.

Langkah ini juga didukung riset akademis. Brand kini menggandeng para ahli, termasuk kolaborasi riset dengan Universitas Gadjah Mada mengenai Acne and Dermatology Assessment in Man (ADAM), mengingat data spesifik mengenai kulit pria di Indonesia masih sangat minim.

Lebih Tebal dan Berminyak

"Kulit pria itu lebih tebal, memiliki pori-pori yang lebih besar, dan jauh lebih berminyak. Perbedaannya sangat signifikan," ungkap Andrie.

Hal ini diperkuat oleh dr. Hassan Galadari, Pakar Dermatologi Internasional dan Global Expert Board. Ia menjelaskan, "Kulit pria cenderung lebih berbulu, di mana setiap helai rambut terhubung dengan kelenjar minyak, membuat kulit pria secara alami lebih berminyak." 

Dr. Akbar menambahkan, "Faktor hormonal turut memengaruhi kompleksitas ini. Di Indonesia, masalah utama yang dihadapi pria adalah kulit berminyak, berjerawat, dan kusam.

"Ironisnya, struktur kulit yang lebih tebal justru sering menjadi pemicu masalah yang lebih kompleks jika tidak dirawat dengan benar," ungkap dr. Akbar.

Langkah Perawatan Kulit yang Simpel

Meski teknologi di balik produk semakin canggih, kunci keberhasilan tren grooming 2026 adalah kesederhanaan. Pria cenderung menghindari rutinitas yang rumit.

"Kami tidak mengikuti rutinitas skincare 10 langkah. Itu bukan (gaya) kami," tegas dr. Hassan. Ia menekankan bahwa pria menginginkan rutinitas yang sangat sederhana dan jelas.

Sepakat, dr. Akbar mengatakan, pria tidak menyukai langkah-langkah perawatan kulit yang bertele-tele. Karena itu, protokol perawatan akan berpusat pada konsep basic minimum yang terdiri dari tiga langkah tak tertawar: pembersih (cleanser), pelembab (moisturizer), dan tabir surya (sunscreen).

Formulasi produk pun harus beradaptasi. Pria cenderung tidak menyukai tekstur krim yang tebal dan lengket. "Pelembab tidak harus berbentuk krim yang berminyak. Serum pun bisa berfungsi sebagai pelembab," tandas dr. Akbar.

Inovasi produk hibrida, seperti serum yang dikombinasikan dengan pelembab, diprediksi akan menjadi primadona karena praktis dan cocok dengan iklim lembab Indonesia.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |