Resep Praktis Telur Ceplok Kuah Kecap, Lezat dan Bergizi untuk Menu Sahur

4 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta - Rasanya telur tak pernah salah sebagai menu protein praktis yang mudah untuk dibuat apa saja. Telur, mulai dari telur rebus, telur ceplok, telur mata sapi, telur kocok, sampai telur balado, rasanya akan selalu enak dan tetap terasa bervariasi.

Telur dengan kandungan gizinya juga sarat dengan protein. Dengan mengonsumsi telur dua butir saja per hari, maka Anda sudah memenuhi keburuhan energi. 

Jadi, menyajikan telur dalam bentuk apapun apalagi untuk menu sahur sangat berselera. Tak perlu khawatir pula dengan harganya karena terbilang terbilang masih ramah dikantong dibanding membeli ayam maupun daging.

Kali ini resep telur ceplok dengan bumbu kecap bisa Anda pilih, setelah kemarin sudah membuat telur dadar maupun telur balado. Ingin racikan yang lebih legit bumbu dan rasanya? Simak resep praktis telur ceplok kuah kecap yang dirangkum Tim Lifestyle Liputan6.com dari laman Cookpad.

Telur Ceplok Kuah Kecap @Tistas_Kitchen

Bahan-bahan:

4 butir telur ayam

4 siung bawang merah

4 siung bawang putih

2 buah cabe merah besar atau keriting

5 buah cabe rawit

1 batang daun bawang

500 ml air

Secukupnya minyak untuk menumis

Bumbu:

4 sdm kecap manis

1 sdm kecap asin

1 sdt kaldu bubuk

1 sdt garam

1 sdt gula

1 sdt merica bubuk

Cara Membuat:

  1. Siapkan bahan-bahannya
  2. Iris tipis bawang merah, bawang putih, cabe merah dan daun bawang. Panaskan sedikit minyak, goreng telur ceplok.
  3. Campur jadi 1 bumbu ke dalam mangkuk, kemudian aduk rata.
  4. Panaskan sedikit minyak, lalu tumis bawang merah dan putih hingga harum. Kemudian tambahkan air.
  5. Setelah air mendidih, tuang bumbu. Masukkan cabe rawit utuh dan cabe merah. Aduk rata, koreksi rasa.
  6. Masukkan telur ceplok dan daun bawang. Masak sekitar tiga menit saja. Sajikan hangat.

Promosi 1

Konsumsi Telur untuk Menurunkan Gizi Buruk

Mengutip dari kanal Health Liputan6.com, 17 April 2021, telur menjadi salah satu sumber protein hewani terbaik, yang bisa menurunkan stunting dan gizi buruk pada anak. Protein berperan membuat hormon pertumbuhan serta membentuk protein hormon ke tulang, sehingga memengaruhi pertumbuhan.

Dokter spesialis anak konsultan nutrisi dan penyakit metabolik Damayanti R Syarif mengungkapkan, dua jenis protein, yakni nabati dan hewani (misal, telur). Bahwa protein hewani membuat anak jadi tumbuh lebih tinggi ketimbang nabati.

"Penelitian di Ekuador pada 2017 menunjukkan, telur sumber protein hewani terbaik setelah susu. Mereka bikin penelitian untuk melihat sumber protein yang terbaik," jelas Damayanti saat dialog Protein Hewani & 9 Asam Amino Esensial (AAE), Kamis, 15 April 2021.

"Jadi, setiap anak begitu dapat Makanan Pendamping ASI (MPASI) diberikan sebutir telur selama enam bulan. Hasilnya, tinggi badan anak yang dikasih telur lebih baik. Lebih tinggi badannya dan lebih bisa menurunkan stunting sekitar 47 persen."

Penelitian di Ekuador tersebut pun ikut memperlihatkan, anak-anak selama usia 6 bulan sampai setahun, yang setiap hari diberi makan satu telur sehari ternyata menurunkan prevalensi gizi buruk.

Hasil Penelitian Tentang Gizi pada Telur

"Untuk gizi buruknya bisa turun sampai 74 persen," sambung Damayanti. 

Studi lain, Damayanti mengungkap, di suatu desa Uganda, penelitian konsumsi hewani dilakukan pada 2014. Sebagai perbandingan di desa lain mengonsumsi protein nabati.

"Ternyata anak dari nol sampai 36 bulan diberikan protein hewani menjadi lebih tingi dan ramping dibanding yang konsumsi nabati, lebih pendek dan gemuk. Nah, ini sudah terlihat perbedaannya," katanya.

"Lalu diteliti lebih lanjut lagi oleh peneliti di Eropa. Peneliti menghubungkannya dengan hormon pertumbuhan. Hormon pertumbuhan meningkat jika diberikan protein hewani, seperti telur dan susu. Tapi (hormon pertumbuhan) tidak meningkat kalau diberikan protein nabati."

Data ikut menunjukkan, di tingkat Asia Tenggara, Indonesia dan Filipina termasuk negara yang juga konsumsi protein. Kalau kita lihat komposisi protein hewani, Filipina lebih tinggi daripada Indonesia.

"Ini bisa terlihat, angka stunting di Filipina lebih rendah daripada di Indonesia," kata Damayanti, yang sehari-hari berpraktik di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |