Rason Korea Utara Dibuka Kembali bagi Turis Asing, Dikecualikan untuk 2 Negara

17 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Korea Utara dikabarkan kembali membuka pintu untuk wisatawan mancanegara (wisman). Izin ini khusus untuk berkunjung ke Rason, sebuah zona zona ekonomi khusus yang dekat dengan perbatasan China dan Rusia.

Menurut The Korea Times yang melansir dari Yonhap, Jumat (17/1/2025), kabar itu diumumkan sebuah travel agent yang berbasis di China. "Korea Utara telah membuka kembali Rason, zona ekonomi khusus yang berada di timur laut negara tersebut, menurut partner kami di Republik Demokratik Korea Utara,” tulis perusahaan Young Pioneer Tours di laman resmi mereka, Jumat.

Agen perjalanan itu memang dikenal sebagai spesialisasi perjalanan ke Korea Utara. Mereka menyebut, "Pembukaan kembali wilayah Rosan sudah berlaku efektif mulai Kamis, 16 Januari 2025, tapi segala sesuatunya masih bisa berubah dalam beberapa hari mendatang.

Agen perjalanan tersebut juga mendapat konfirmasi serupa dari partners mereka di Korea Utara. Namun, izin itu dikecualikan untuk turis asing dari dua negara, yaitu Amerika Serikat dan Korea Selatan.

"Untuk saat ini, tur akan berlangsung selama lima hari. Khusus bagi turis China, (mereka) tidak perlu menyiapkan paspor untuk perjalanan ini, karena akan dibuatkan izin masuk khusus Korea Utara," terang mereka lagi.

Rason, yang berlokasi di Provinsi Hamgyong Utara, berdiri tahun 1992 untuk memfasilitasi investasi asing dengan harapan memacu pertumbuhan ekonomi Korea Utara. Namun pada Mei 2020, Ranson ditutup dan diikuti pula dengan penutupan transportasi berupa kereta api.

Tidak ada penjelasan dari pemerintah Korea Utara tentang alasan mendadak menutup Ranson. Namun warga sekitar menduga, penutupan kota kemungkinan terkait COVID-19. Dibandingkam daerah lain, Rason disebut lebih terbuka, terutama bagi turis asing. Mereka punya pelabuhan, sekolah yang mempelajari bahasa asing, sekolah taekwondo, dan bank.

Korea Utara Bakal Gelar Event Internasional

Sementara itu daerah lainnya, termasuk ibu kota Korea Utara, Pyongyang, sepertinya juga akan lebih membuka diri terhadap wisatawan. Salah satu contohnya, mereka akan menggelar marathon tahunan bertajuk "Pyongyang International Marathon" yang rencananya berlangsung pada April 2025,

Tahun lalu, Korea Utara sudah kembali membuka perbatasannya untuk wisatawan asing. Salah satu yang berkesempatan mengunjungi negara paling tertutup di dunia itu adalah Lena Bychcova, seorang warga Rusia. Dia tidak percaya bisa memperoleh visa turis Korea Utara.

Mengutip CNN, Kamis, 29 Februari 2024, profesional pemasaran tersebut adalah satu dari sekitar 100 turis Rusia yang diizinkan melakukan perjalanan ke Korea Utara Februari ini. Perjalanan ini diyakini sebagai perjalanan wisata internasional pertama bagi negara yang mengisolasi diri sejak pandemi Covid-19.

Pariwisata di Korea Utara dikontrol dengan sangat ketat. Pelancong individu tidak diizinkan masuk ke negara tersebut, dan rombongan wisatawan harus didampingi oleh penjaga. Pendapatan pariwisata yang dihasilkan dimanfaatkan untuk mendukung rezim diktator Kim Jong Un.

Bychova berangkat bersama dengan rombongan lain yang memiliki kesempatan mengikuti tur ini. Ia mengaku cemas dan takut menghadapi perjalanan wisatanya ke Korea Utara. Mamun karena rasa penasarannya sangat tinggi, ia pun memutuskan tetap berangkat.

Seperti Kembali ke Masa Lalu

Selain Bychova, Ilya Voskresensky juga ikut jadi peserta tur. Blogger perjalanan itu juga merasakan ketegangan yang sama. Terlepas dari keraguannya, ia mengakui bahwa salah satu alasan untuk melakukan perjalanan ini adalah untuk mengetahui kondisi Korea Utara saat ini setelah mendengar cerita anggota keluarganya.

Ia menggambarkan perjalanannya ke Korea Utara ibarat sedang berteleportasi ke masa lalu. "Saat Anda melihat Korea Utara, Anda akan menyadari bahwa nenek dan kakek Anda hidup seperti mereka di sini," kata Voskresensky kepada CNN.  "Ini adalah teleportasi ke masa lalu. Sama sekali tidak ada iklan di kota ini. Yang dipajang hanyalah slogan partai, bendera, dan sebagainya."

Perjalanan empat hari ini menghabiskan biaya sekitar 750 dolar AS (sekitar Rp11 juta) untuk setiap pengunjung. Destinasi wisata yang dikunjungi mencakup patung perunggu mendiang pemimpin Kim Il Sung dan Kim Jong Il di Bukit Mansu, Istana Anak Mangyongdae, tempat anak-anak yang menampilkan pertunjukan musik dan tari, dan tiga hari di Resor Ski Masikryong.

Kelompok ini selalu didampingi pemandu dan penerjemah berbahasa Rusia. Rombongan wisatawan Rusia itu juga harus mematuhi aturan yang ketat, terutama dalam hal pengambilan gambar dan video.

Tujuan Berwisata ke Korea Utara

"Kami diminta untuk tidak memotret militer atau orang-orang berseragam pada umumnya, tidak memotret lokasi konstruksi atau bangunan apa pun yang sedang dibangun," jelas Bychcova.

Ada juga aturan mengenai koran dan majalah. "Jika Anda mempunyai koran atau majalah yang bergambar pemimpinnya, maka koran atau majalah tersebut tidak boleh dilipat sehingga potretnya menjadi kusut," lanjutnya. Bagi warga Korea Utara, pemimpin negara itu dikultuskan sehingga harus diperlakukan dengan hormat.

Baik Voskresensky dan Bychcova mengatakan bahwa keputusan mereka untuk bepergian ke negara tertutup tersebut bukan karena motif politik, tapi karena keinginan untuk mengenal masyarakat lokal dan menjalin hubungan. Setelah kembali, Bychcova tidak percaya hal seperti itu benar-benar terjadi di sistem pemerintahan Korea Utara.

Meskipun Voskresensky dan Bychcova mengetahui pelanggaran hak asasi manusia di Korea Utara, mereka berdua mengatakan kepada CNN bahwa mereka berharap perjalanan ini bermanfaat untuk dapat berhubungan dengan warga sipil Korea Utara.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |