Liputan6.com, Jakarta - Penerbangan yang tertunda bukanlah hal baru, namun maskapai penerbangan Australia, Qantas Airlines, baru-baru ini menghadapi alasan penundaan yang tidak biasa. Rute penerbangan Sydney - Johannesburg terganggu lantaran puing roket SpaceX milik Elon Musk jatuh dari langit.
Mengutip dari laman Euro News, Kamis (16/1/2025), rute penerbangan Qantas melintasi sebagian Samudra Hindia bagian selatan, area yang ditetapkan oleh SpaceX untuk pendaratan roket yang kembali ke Bumi. Qantas mengungkapkan bahwa mereka sering kali tidak mendapat pemberitahuan kapan atau di mana roket akan jatuh dari langit.
Hal ini memaksa mereka untuk secara teratur menunda penerbangan guna memastikan keselamatan penumpang dan awak pesawat. "Selama beberapa minggu terakhir, kami harus menunda beberapa penerbangan antara Johannesburg dan Sydney karena saran yang diterima dari Pemerintah AS mengenai masuknya kembali roket SpaceX di atas wilayah yang luas di Samudra Hindia Selatan," kata perwakilan Qantas kepada Euronews Travel.
Meskipun berusaha mengubah jadwal terlebih dahulu, perubahan waktu peluncuran yang mendadak dari SpaceX sering kali menyebabkan penundaan penerbangan sebelum keberangkatan. "Tim kami memberi tahu pelanggan tentang perubahan penerbangan mereka segera setelah kami tahu itu akan terdampak," katanya lagi.
Mengenai lamanya keterlambatan, seorang analisis rute penerbangan, Dr. James Pearson mengungkapkan bahwa dalam beberapa minggu terakhir, banyak penerbangan yang berangkat terlambat di kedua arah. Beberapa penerbangan terlambat lebih dari lima jam dengan dampak berantai yang jelas dari hal ini."
Tindakan Pencegahan Terkait Puing SpaceX
Tidak jelas apakah semua atau hanya beberapa penundaan terkait dengan puing-puing SpaceX. Meskipun demikian, seperti semua maskapai penerbangan, Qantas menyebut akan mengutamakan keselamatan dan mengambil tindakan pencegahan.
Membandingkan catatan antara layanan pelacakan penerbangan Flightradar 24 dan kalender peluncuran SpaceX, tampaknya ada korelasi antara penerbangan yang tertunda dan peluncuran Falcon 9. Misalnya, penerbangan pada 10 Januari 2025 yang dijadwalkan berangkat dari Johannesburg pukul 17.15, waktu setempat, ditunda selama lima setengah jam, dan akhirnya lepas landas pukul 22.41.
Pada hari yang sama, SpaceX meluncurkan Falcon 9 dengan 21 satelit Starlink dari Cape Canaveral pukul 14.11 waktu setempat, hanya beberapa jam setelah penerbangan dijadwalkan lepas landas.
SpaceX milik Elon Musk terkenal karena mengembangkan roket yang dapat digunakan kembali yang disebut Falcon 9. Tahap pertama kembali ke Bumi untuk digunakan lagi, tetapi bagian atas seberat 3,5 ton tetap berada di orbit, bergabung dengan kawanan sampah antariksa yang mengelilingi planet ini.
Roket itu jatuh kembali ke Bumi, sebagian besar terbakar di atmosfer dalam prosesnya. Namun, bagian-bagian roket aluminium ini tidak selalu hancur saat masuk kembali ke Bumi.
Jatuhnya Puing Roket Elon Musk di Inggris
Banyak laporan telah dibuat tentang potongan-potongan roket Falcon 9 yang muncul di pantai dan bahkan di rumah-rumah penduduk. Pada November 2015, sepotong Falcon 9 berukuran 10 meter kali empat meter terdampar di pantai Kepulauan Scilly di Inggris.
Sepotong puing dari peluncuran Falcon 9 menabrak pertanian pribadi di Washington bagian tengah pada 2021. Potongan itu digambarkan memiliki panjang 1,5 meter dan berbentuk silinder, dan membuat kawah di tanah sedalam sekitar 13 cm.
Tahun lalu, beberapa serpihan ditemukan di pegunungan North Carolina, yang kemudian dipastikan berasal dari wahana antariksa SpaceX Crew Dragon. Pada 2022, sampah yang ditemukan di Snowy Mountains di New South Wales, Australia, dipastikan berasal dari SpaceX.
Perusahaan tersebut telah menyiapkan saluran telepon bagi siapa pun yang menemukan serpihan dari wahana antariksa SpaceX, dengan menjelaskan bahwa, "Jika Anda yakin telah mengidentifikasi serpihan, jangan mencoba memegang atau mengambil serpihan tersebut secara langsung. Sebaliknya, silakan kirim email atau tinggalkan pesan suara di sini dengan nama, nomor, dan deskripsi singkat tentang apa yang telah Anda temukan dan di mana."
Bahaya Sampah dari Antariksa
Sangat sedikit maskapai penerbangan yang menghubungkan Australia dan Afrika Selatan. Hanya dua maskapai yang memiliki penerbangan langsung, yakni Qantas dan South African Airways (SAA). Namun, Qantas terbang ke Sydney, di tenggara Australia, sementara SAA terhubung ke Perth di pantai barat.
Karena perbedaan tujuan, hanya Qantas yang mengambil rute yang membuatnya berada di jalur jatuhnya puing-puing. "Layanan Airbus A380 Sydney-Johannesburg milik Qantas mengikuti rute yang sangat selatan," jelas Dr. Pearson.
"Karena layanan Johannesburg-Perth milik South African Airways mengikuti rute yang jauh lebih utara, tampaknya hanya Qantas yang paling terdampak," sambungnya.
Namun, apakah sampah antariksa benar-benar berbahaya bagi perjalanan udara komersial? Meskipun mungkin tidak ada bahaya langsung bagi penerbangan Qantas, maskapai penerbangan cenderung beroperasi dengan sangat hati-hati sehingga memilih menunda penerbangan daripada mengambil risiko yang tidak perlu.
"Pelanggan pada umumnya memahami bahwa ini di luar kendali maskapai dan bahwa kami tidak dapat terbang di area tersebut saat roket memasuki kembali atmosfer," kata juru bicara Qantas kepada Euronews Travel.
Akan sangat tidak beruntung jika sepotong sampah antariksa, bahkan yang berukuran beberapa meter, menabrak pesawat yang terbang dengan kecepatan ratusan kilometer per jam. Jika sampah itu menusuk badan pesawat atau masuk ke mesin, itu bisa menjadi bencana.