Liputan6.com, Jakarta - Kepolisian Polda Jawa Timur (Jatim) mengerahkan tim Disaster Victim Identification (DVI) untuk membantu evakuasi dan mengidentifikasi korban ambruknya bangunan mushalla di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo.
"Tim DVI sudah membentuk posko bersama tim gabungan untuk melakukan proses evakuasi dan identifikasi," tutur Kabid Humas Polda Jatim Kombes Jules Abraham Abast kepada wartawan, Selasa (30/9/2025).
Menurutnya, sampai dengan saat ini total 102 orang telah dievakuasi. Dari jumlah tersebut, 91 korban melakukan evakuasi mandiri dan 11 orang dievakuasi tim SAR.
Polisi juga mengerahkan satu pleton Sabhara, satu pleton Brigade Mobil (Brimob), serta didukung tiga Satuan Setingkat Kompi (SSK) dari Kepolisian Resor Kota (Polresta) Sidoarjo untuk evakuasi dan pengamanan lokasi.
"Korban sudah dibawa ke tiga rumah sakit, yakni Rumah Sakit (RS) Siti Hajar, RS Umum Daerah (RSUD) Sidoarjo, dan RS Delta Surya Sidoarjo," jelas dia.
Bantuan juga hadir dari TNI, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), tim Pencarian dan Pertolongan (SAR), serta relawan yang masih terus melakukan penyisiran puing-puing bangunan untuk memastikan tidak ada lagi korban yang tertinggal.
Korban Meninggal Dunia
Diketahui, tiga orang meninggal dunia usai musala Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, ambruk. Sebelumnya, tiga orang itu sempat mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Dua korban meninggal dunia di RSUD dr R.T. Notopuro Sidoarjo. Keduanya ialah Mochammad Mashudul Haq (14 tahun), warga Kali Kendal, Dukuh Pakis, Surabaya, dan Muhammad Soleh (22) asal Tanjung Pandan, Bangka Belitung. Sementara satu korban meninggal di RSI Siti Hajar.
"Sementara jenazah Muhammad Soleh langsung diterbangkan ke Bangka Belitung," ujar Direktur Utama RSUD Sidoarjo, Atok Irawan, Selasa (30/9/2025).
Atok menyampaikan, Muhammad Soleh menjadi salah satu korban paling parah dalam peristiwa ambruknya bangunan musala Ponpes Al Khoziny.
"Pasien Soleh sempat mengalami himpitan di bagian bawah tubuh hingga harus dirawat intensif sebelum akhirnya meninggal dunia saat dirujuk ke RSUD Sidoarjo," ucapnya.
Jalani Amputasi
Akibatnya, Soleh harus menjalani amputasi di lokasi kejadian karena kondisi lukanya sangat berat dan demi menyelamatkan nyawa korban.
"Tim ortopedi dan anestesi melakukan amputasi lengan kiri karena korban terjepit reruntuhan bangunan," ujarnya.
Jenazah Soleh sudah diserahkan pihak rumah sakit ke perwakilan keluarga. Kakak korban, Akhmad, mengaku baru Selasa pagi tiba di RSUD Sidoarjo.
“Saya baru datang pagi ini, baru dapat info 30 menit yang lalu saudara saya meninggal," ucapnya.
Soleh adalah santri Al Khoziny Buduran dan kuliah di kampus yang dikelola pesantren tersebut. Saat ini Soleh memasuki semester lima. "Kami segera menerbangkan jeenazah Soleh ke Bangka," pungkasnya.