Liputan6.com, Jakarta - Dalam momentum Hari Sains Sedunia pada 10 November 2024, program L'Oréal-UNESCO For Women in Science (FWIS) 2024 memberikan penghargaan bagi empat perempuan peneliti Indonesia. Mereka adalah Della Rahmawati, Ph.D., Rachma Wikandari, Ph.D. , Prasanti Widyasih Sarli, Ph.D., dan Deliana Dahnum, Ph.D.
Keempat perempuan peneliti tersebut menciptakan solusi inovatif yang berfokus pada ketahanan pangan, energi berkelanjutan, dan ketangguhan bencana. Mereka pun berhak mendapatkan pendanaan riset Rp100 juta per orang.
Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Prof. Sri Suning Kusumawardani mengapresiasi L’Oréal Indonesia atas pelaksanaan program ini. Ia menyebut bahwa pembangunan berkelanjutan butuh kontribusi dari setiap sektor, termasuk ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh para perempuan peneliti.
"Kita dapat menyaksikan bahwa karya-karya para perempuan peneliti ini tidak hanya memperlihatkan kemajuan ilmu pengetahuan, tetapi juga berperan penting dalam menjawab tantangan bangsa dan berkontribusi terhadap agenda pembangunan nasional," ucap Suning di acara L’Oréal-UNESCO For Women In Science National Fellowship 2024 Award Ceremony di sebuah hotel di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, Senin, 11 November 2024.
Sementara itu, Itje Chodidjah, Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO mengatakan, masih ada sejumlah tantangan yang dihadapi oleh perempuan di ranah penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, seperti akses terhadap fasilitas penelitian dan pendanaan, serta stigma dan hambatan sosial, terutama dalam menjalankan peran ganda, baik sebagai ilmuwan maupun sebagai ibu, istri, dan anggota keluarga.
Wadah bagi Perempuan untuk Berkarya
"Selama lebih dari dua dekade, program ini telah menyediakan wadah bagi perempuan untuk berkarya, berbagi inspirasi, dan membangun karier dalam dunia sains. Program ini tidak hanya membantu para perempuan peneliti Indonesia, namun juga mempersiapkan mereka untuk bersaing di panggung sains internasional," ujarnya.
Program L’Oréal-UNESCO For Women in Science tiap tahunnya memberikan penghargaan bagi perempuan peneliti berkat kolaborasi PT L'Oréal Indonesia dan Komisi Nasional Indonesia Untuk UNESCO, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, serta dukungan delapan dewan juri dan akademisi yang berasal dari 31 universitas dan berbagai institusi riset di Indonesia.
Program ini telah memberikan dukungan pendanaan setiap tahun mencapai Rp400 juta yang sudah diberikan kepada 75 perempuan peneliti di Indonesia. Selama lebih dari 20 tahun, program ini menciptakan efek bola salju dimana alumni program FWIS telah menghasilkan lebih dari 2.500 publikasi ilmiah, melibatkan lebih dari 1.400 peneliti dalam penelitian mereka, dengan 65 persen di antaranya adalah perempuan, serta menginspirasi ribuan peneliti muda.
"Kami percaya bahwa dunia membutuhkan sains, dan sains membutuhkan perempuan. Program L'Oréal-UNESCO For Women in Science adalah wujud nyata dari misi kami untuk menciptakan kecantikan yang menggerakkan dunia, dengan cara mendukung riset dan inovasi yang inklusif dan berkelanjutan," kata Presiden Direktur L'Oréal Indonesia, Junaid Murtaza dalam kesempatan yang sama.
Komunitas Perempuan Peneliti Terbesar
"Dengan berbagai kolaborasi, kami berkomitmen untuk terus konsisten menghadirkan akses pelatihan dan kesempatan berjejaring. Harapannya, sebagai komunitas perempuan peneliti terbesar di dunia, program ini bisa menjadi inspirasi bagi sektor swasta untuk terus berkontribusi bagi pembangunan nasional lewat pengembangan ilmu pengetahuan," sambungnya.
Pada 2024, empat perempuan peneliti terpilih sebagai finalis L'Oréal-UNESCO For Women in Science. Mereka menghadirkan penelitian mengenai solusi konkret dan inovatif yang berpotensi mendukung ketahanan pangan, energi berkelanjutan, dan ketangguhan menghadapi bencana di Indonesia. Mereka adalah:
1. Della Rahmawati, Ph.D. Dosen dari Universitas Swiss German ini meneliti ketahanan pangan untuk mengatasi stunting, khususnya pada gizi ibu hamil dan anak, melalui inovasi taburan nori berbasis kelakai dan tempe non-kedelai yang kaya zat besi. Penelitian ini diharapkan bisa mendukung kesehatan masyarakat dan meningkatkan gizi ibu dan anak di Indonesia.
2. Rachma Wikandari, Ph.D. Dosen dari Universitas Gadjah Mada (UGM) ini mengembangkan sumber protein dan mineral berbasis jamur benang (Rhizopus oligosporus), sebagai solusi nabati yang lebih terjangkau dan bergizi. Penelitiannya berpotensi mengurangi stunting dan mendukung ekonomi sirkular dengan memanfaatkan limbah pabrik tempe.
3. Prasanti Widyasih Sarli, Ph.D
Dosen dari Institut Teknologi Bandung ini menawarkan inovasi dengan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) untuk mengidentifikasi kerentanan bangunan perkotaan terhadap gempa, membantu pemerintah merancang bangunan tahan bencana dan mengurangi risiko korban jiwa.
4. Deliana Dahnum, Ph.D. Peneliti Ahli Madya dari Badan Riset dan Inovasi Nasional ini meneliti bio-jet fuel berbahan kelapa menggunakan katalis metal-organic frameworks (MOFs) untuk mengurangi emisi karbon. Inovasi ini memanfaatkan sumber daya lokal, mendukung produksi bahan bakar ramah lingkungan, dan memperkuat konektivitas ekonomi di Indonesia.
L'Oréal Indonesia terus mengembangkan program FWIS agar berdampak lebih besar bagi para perempuan peneliti. Dengan wadah jejaring daring (dalam jaringan) yang diluncurkan Fondation L'Oréal dan UNESCO pada 2021, alumni program FWIS dapat terhubung dengan perempuan peneliti lainnya di seluruh dunia.
Platform ini menyediakan ruang untuk berbagi pengetahuan, mengikuti lokakarya, dan mendukung sesama peneliti dalam memperluas pengaruh mereka. Ke depan, sebagai komunitas perempuan peneliti terbesar di dunia, L'Oréal-UNESCO For Women in Science akan terus berkomitmen dalam mendukung kemajuan ilmu pengetahuan yang berdampak nyata bagi masyarakat.