Pangeran William Diam-diam Besuk Anak-anak Gaza yang Sakit Parah di Inggris

4 days ago 21

Liputan6.com, Jakarta - Dampak kejahatan perang nyata pada anak-anak dari Gaza. Bersimpati dengan para korban, Pangeran William diam-diam membesuk mereka yang menjalani perawatan khusus di Inggris.

"Baru-baru ini, Yang Mulia Pangeran Wales bertemu dengan sejumlah kecil anak-anak dari Gaza yang saat ini menerima perawatan khusus di Inggris. Pangeran ingin memberikan sedikit penghiburan kepada anak-anak muda yang melalui pengalaman sulit yang seharusnya tidak pernah dialami oleh anak-anak mana pun," kata juru bicara Istana Kensington, dikutip dari Hello Magazine, Minggu (30/11/2025).

Inggris menampung sejumlah anak Gaza dan keluarganya dalam misi kemanusiaan NHS untuk menyediakan perawatan darurat bagi anak-anak yang sakit parah akibat kolapsnya sistem perawatan kesehatan di sana. Dalam kesempatan itu, Pangeran William juga berterima kasih kepada tim medis yang merawat para korban.

"Yang Mulia tersentuh oleh keberanian yang ditunjukkan oleh anak-anak dan keluarga mereka, serta dedikasi tim yang mendukung mereka dengan profesionalisme dan kemanusiaan yang luar biasa," sambung juru bicara itu.

William menjadi anggota Kerajaan Inggris pertama yang berbicara soal Gaza. Ia sebelumnya mengatakan 'sangat tersentuh sebagai seorang ayah' dan menyerukan agar peperangan antara Israel dan Palestina diakhiri. Ia juga memberikan penghormatan kepada para pekerja kemanusiaan bulan lalu sata berkunjung ke Gunnersbury Park, London barat. 

"Kehadiran para pekerja bantuan kemanusiaan, seperti mereka yang berada di Gaza, mengalir bagaikan benang merah kemanusiaan bersama, bahkan di lingkungan yang paling suram sekalipun," katanya saat itu.

50 Anak Gaza Dirawat di Inggris

Seorang juru bicara Pemerintah mengatakan pada Sabtu, 29 November 2025, "Pemerintah bekerja sama dengan para mitra untuk melakukan evakuasi medis dari Gaza ke Inggris selama musim gugur. Lima puluh pasien dan anggota keluarga dekat mereka kini menerima perawatan di lingkungan yang aman dan ramah."

"Setelah gencatan senjata, sekaranglah saatnya untuk meningkatkan bantuan dan memastikan obat-obatan dan pasokan medis yang sangat dibutuhkan tiba di Gaza, sehingga keluarga dapat mengakses layanan kesehatan yang mereka butuhkan. Kami siap untuk terus memberikan dukungan terkait kesehatan kepada masyarakat Gaza."

Lebih dari tujuh tahun yang lalu, William bertemu dengan pemimpin Palestina Mahmoud Abbas di Ramallah, Tepi Barat, sebelum melakukan perjalanan beberapa mil jauhnya ke jalan-jalan kamp Jalazone, yang saat itu dihuni sekitar 15.000 orang. Ia mengunjungi sekolah dan klinik kesehatan dan bertemu dengan para ibu yang sedang memvaksinasi bayi mereka.

Kamp Pengungsi di Gaza Kebanjiran

Sementara itu, hujan lebat mengguyur Jalur Gaza pada Selasa, 25 November 2025 dan memicu banjir yang merendam tenda-tenda pengungsi Palestina. Ribuan warga yang kehilangan tempat tinggal terpaksa menghadapi cuaca buruk tanpa perlindungan yang layak, sementara badai musim dingin diperkirakan segera tiba.

Lebih dari dua juta penduduk Gaza telah meninggalkan rumah mereka sejak serangan darat dan udara Israel dua tahun terakhir, yang menyusul operasi Hamas pada Oktober 2023. Sebagian besar kini tinggal di tenda sementara dan tempat penampungan darurat, menyisakan keterbatasan besar dalam menghadapi cuaca ekstrem, dikutip dari laman Al-Monitor, Rabu, 26 November 2025.

Meski gencatan senjata berlaku sejak pertengahan Oktober 2025, dampak perang telah merusak sebagian besar infrastruktur, membuat banyak warga hidup dalam kondisi minim fasilitas dasar. "Penderitaan ini, hujan deras ini, dan cuaca buruk bahkan belum dimulai," kata Um Ahmed Aowdah, seorang pengungsi yang tenda tuanya terendam banjir.

"Ini baru awal musim dingin, tapi kami sudah kebanjiran, kami dipermalukan. Tidak ada tenda atau terpal baru. Semuanya sudah usang, sudah dua tahun dipakai."

Adu Klaim Israel dan Hamas soal Bantuan bagi Pengungsi

Amjad Al-Shawa, Direktur Jaringan LSM Palestina, menyebut ada kebutuhan mendesak setidaknya 300.000 tenda untuk menampung sekitar 1,5 juta warga yang masih mengungsi. Pentingnya tenda baru menjadi krusial setelah ribuan tenda rusak akibat hujan deras selama sepekan terakhir.

Menurut layanan Pertahanan Sipil Palestina, banyak tenda terendam air hingga setinggi 40–50 sentimeter. Di beberapa titik, banjir menghanyutkan tempat tinggal darurat tersebut. Bahkan, sebuah rumah sakit lapangan terpaksa menghentikan operasinya akibat banjir yang melumpuhkan fasilitas medis.

Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan bahwa distribusi bantuan musim dingin terkendala pembatasan Israel terhadap barang-barang yang masuk ke Gaza. Pihak otoritas Gaza yang dikelola Hamas menuding Israel tidak memenuhi komitmen bantuan seperti yang disepakati dalam perjanjian gencatan senjata. Badan-badan kemanusiaan juga mengeluhkan banyak barang vital tertahan di perbatasan.

Israel membantah tuduhan tersebut. Pemerintah Israel menegaskan bahwa mereka mematuhi perjanjian bantuan dan menyalahkan lembaga kemanusiaan karena dinilai tidak efisien dalam distribusi, serta menyebut adanya risiko pencurian oleh militan Hamas. Hamas membantah klaim tersebut.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |