Meneropong Tren Wisata Ramah Muslim 2026, China Jadi Destinasi Kuda Hitam

4 days ago 23

Liputan6.com, Jakarta - Suka atau tidak, kaum muslim menjadi salah satu pemicu tren pariwisata global. Sebagai salah satu negara dengan populasi umat Islam terbesar di dunia, Indonesia turut mewarnai pergerakan tren wisata ramah muslim, baik sebagai destinasi tujuan maupun pasar untuk destinasi luar negeri.

Jelang 2026, penting untuk menyimak gambaran tren wisata ramah muslim tahun depan. Ketua Umum Asosiasi Travel Halal Indonesia (ATHIN) Cheriatna menggambarkan situasi saat ini sebagai fase Revenge Travel yang mulai stabil menuju 'Meaningful Travel'.

"Wisatawan muslim tidak lagi sekadar mencari makanan halal, tetapi mencari pengalaman yang spiritual dan aman secara nilai," ujarnya kepada Lifestyle Liputan6.com dalam pernyataan tertulis, Kamis, 27 November 2025.

Ia memprediksi pada 2026, tren wisata halal juga akan bergeser ke personalized halal experience. Turis muslim akan lebih menyukai tur privat dengan grup kecil yang fleksikbel, serta destinasi yang menawarkan perpaduan antara keindahan alam dan sejarah peradaban Islam.

"Selain itu, integrasi teknologi, seperti aplikasi penunjuk arah kiblat dan scanner komposisi makanan, akan menjadi standar wajib dalam perjalanan," sambungnya.

Ada tiga hal, disingkat 3S, yang jadi pertimbangan utama wisatawan muslim saat menentukan destinasi yang dituju, yakni Syariah Compliance (kepatuhan); Safety & Comfort (kenyamanan); dan Story (cerita/edukasi). Kepatuhan dimaksudkan soal ketersediaan makanan halal (bukan sekadar no pork) dan kemudahan akses tempat shalat.

Kenyamanan didefinisikan sebagai destinasi yang ramah terhadap identitas muslim, misalnya wanita berhijab merasa aman berjalan-jalan. Sementara, story adalah destinasi yang dituju bernilai edukasi atau sejarah bagi keluarga, bukan sekadar foto-foto.

3 Destinasi Langganan Wisatawan Muslim

Perihal destinasi wisata favorit, Cheriatna membaginya menjadi segmen pemula dan berpengalaman. Bagi pelancong pemula, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand menjadi favorit karena jarak yang dekat dan budaya yang serumpun. Bagi pelancong berpengalaman, mereka mencari destinasi wisata baru.

"Yang sedang benar-benar sedang naik daun tahun ini adalah China. Sejak pembukaan kembali pasca-pandemi dan kemudahan akses, permintaan tur muslim ke berbagai destinasi di China melonjak drastis," ujar Cheriatna. 

Cheriatna menerangkan Xi'an dan Xinjiang menjadi dua destinasi wisata di China yang diminati pelancong muslim Indonesia saat ini, terutama karena pemandangan alam dan sejarah Islam yang sangat tua.

"Selain itu, destinasi langganan yang grafiknya stabil dan terus meningkat adalah Jepang, Korea, dan Australia. Negara-negara ini infrastruktur halalnya semakin matang, sehingga wisatawan muslim merasa sangat nyaman," imbuhnya.

Lalu, bagaimana dengan detinasi hidden gem? Cheriatna menyebut minat wisatawan muslim untuk berkunjung tetap ada, seperti ke desa-desa di Eropa Barat atau pedalaman Asia Timur, tentu dengan konsekuensi perjalanan tidak mudah.

Peran Penting Agen Perjalanan

Menurut Cheriatna, situasi tersebut memerlukan peran biro perjalanan wisata atau agen perjalanan. Keahlian dan pengalaman mereka akan membantu memperlancar perjalanan dan memenuhi kebutuhan sebagai wisatawan muslim, khususnya terkait makanan halal.

"Strategi kami di Cheria Holiday adalah 'Logistik Mandiri & Kearifan Lokal'. Kami biasanya bekerja sama dengan komunitas muslim lokal atau masjid setempat jika ada," Cheriatna yang juga CEO Cheria Holiday.

"Jika benar-benar terpencil, kami membawa katering khusus atau ready-to-eat meals yang halal dari Indonesia. Selain itu, kami melatih Tour Leader kami untuk piawai menentukan waktu dan lokasi shalat di tempat terbuka (tayamum atau shalat di taman) yang justru sering menjadi pengalaman spiritual yang berkesan bagi tamu."

Lebih lanjut, peran biro perjalanan wisata belum tergantikan online travel agent (OTA) lantaran menyediakan layanan krisis saat di perjalanan. "Teknologi memudahkan booking tiket, tapi teknologi tidak bisa menangani krisis saat paspor hilang, anak sakit di negeri orang, atau pembatalan mendadak," imbuhnya.

5 Provinsi Terbaik di Indonesia Menurut IMTI 2025

Dalam kesempatan terpisah, Menteri Pariwisata (Menpar) Widiyanti Putri Wardhana menargetkan Indonesia menjadi yang terdepan dalam penerapan pariwisata ramah Muslim.

"Dengan keunggulan kompetitif yang unik, skala dan potensi tersebut seharusnya menjadikan kita yang terdepan dalam pariwisata ramah Muslim," ujar Menpar saat menjadi pembicara kunci dalam "The 7th International Halal in Tourism Summit 2025" di JIEXPO Kemayoran, Jakarta, Kamis, 9 November 2025.

Untuk mendukung pencapaian tersebut, Kementerian Pariwisata berkolaborasi dengan Bank Indonesia, Enhaii Halal Tourism Center (EHTC), dan Crescent Rating meluncurkan Indonesia Muslim Travel Index (IMTI) 2025. IMTI menjadi indeks pengukuran kesiapan provinsi yang berkorelasi langsung dengan standar Global Muslim Travel Index (GMTI), sebuah acuan peringkat pariwisata ramah Muslim global.

"Lebih dari sekadar pengukuran, indeks ini akan memandu kami dalam menyelaraskan standar dan sertifikasi sehingga layanan ramah Muslim konsisten secara nasional dan dipercaya oleh wisatawan," kata Menpar.

Pada edisi 2025, IMTI menilai 15 provinsi unggulan, yaitu Aceh, Riau, Kepulauan Riau, Sumatra Barat, Bengkulu, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Gorontalo, dan DI Yogyakarta. Hasilnya, lima provinsi terbaik dalam kajian IMTI 2025 adalah Jawa Barat, Sumatra Barat, Nusa Tenggara Barat, Aceh, serta Jawa Tengah. Kemudian berturut-turut provinsi terbaik adalah Banten, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Gorontalo, Kepulauan Riau, Kalimantan Selatan, Riau, dan Bengkulu.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |