Liputan6.com, Jakarta - Seorang ahli virus menyarankan pemeriksaan kesehatan bagi pelancong bergejala di titik masuk Malaysia ditingkatkan menyusul merebaknya human metapneumovirus (hMPV) di China. Ahli virus molekuler dari Universitas Monash, Associate Professor Dr Vinod Balasubramaniam, mengatakan fokusnya harus pada pengujian demam dan gejala pernapasan.
"Pihak berwenang harus mengisolasi pelancong yang menunjukkan tanda-tanda penyakit parah untuk pengujian lebih lanjut. Ini bisa jadi COVID-19, influenza, atau patogen lain (yang berisiko menyebar)," katanya pada New Straits Times, dikutip Selasa (7/1/2025).
Vinod mengatakan, China tengah mengalami lonjakan penyakit pernapasan musiman, termasuk hMPV dan virus pernapasan lain, seperti respiratory syncytial virus (RSV) dan influenza. Namun, ia menyebut, tidak ada bukti yang menunjukkan penyakit-penyakit ini menimbulkan ancaman pandemi global, seperti COVID-19.
"Pihak berwenang China mengatakan penyakit pernapasan ini merupakan hal yang wajar, terjadi musiman, dengan jumlah kasus parah lebih sedikit dibandingkan tahun-tahun sebelumnya," imbuhnya.
Vinod mengatakan, meski hMPV, COVID-19, dan influenza adalah virus pernapasan, tingkat keparahan dan penularannya sangat berbeda. Tidak seperti COVID-19, hMPV tidak menyebar secara luas dan tingkat keparahannya dapat ditangani pada populasi yang sehat, imbuhnya.
Vinod juga menyebut bahwa hMPV umumnya menyebabkan penyakit pernapasan ringan hingga sedang. Tapi pada kelompok berisiko tinggi, penyakit ini dapat menyebabkan kondisi yang parah, seperti bronkiolitis atau pneumonia.
"COVID-19 dan influenza juga dapat berkisar dari ringan hingga parah, dengan COVID-19 berpotensi lebih tinggi untuk komplikasi dan kematian, terutama pada orang dewasa yang lebih tua dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya," ujar dia.
Tidak Semenular COVID-19
Vinod melanjutkan, "Ketiga virus tersebut menyebar melalui droplet pernapasan, kontak langsung, dan kontak dengan permukaan yang terkontaminasi. COVID-19 telah menunjukkan tingkat penularan lebih tinggi dibandingkan hMPV dan influenza, sebagian karena penularan asimtomatik dan masa inkubasi yang lebih lama."
Demi mengurangi risiko infeksi hMPV, ia menyarankan orang mencuci tangan secara teratur dan menghindari menyentuh wajah dengan tangan yang tidak dicuci. Ia juga menganjurkan membersihkan dan mendisinfeksi benda, serta permukaan yang sering disentuh. Ia pun meminta publik menghindari kontak dekat dengan orang lain saat mengalami gejala pernapasan.
Ia mengatakan, penting untuk meningkatkan kesadaran publik tentang hMPV, termasuk gejalanya, metode penularan, dan tindakan pencegahannya. "Dukung upaya kesehatan masyarakat dalam memantau infeksi pernapasan untuk mendeteksi dan menanggapi wabah dengan segera," ucapnya.
"Pastikan fasilitas kesehatan siap untuk menangani peningkatan infeksi pernapasan, termasuk menyediakan persediaan dan protokol yang memadai," Vinod menambahkan.
Di data terbaru, Malaysia telah mencatat 327 kasus infeksi hMPV sepanjang 2024, naik 45 persen dari 225 kasus pada 2023. Kementerian Kesehatan Malaysia mengatakan pada Sabtu, 4 Januari 2025, bahwa HMPV bukanlah penyakit baru.
Cegah Virus hMPV
Kementerian tersebut mengimbau masyarakat tetap waspada, terutama karena infeksi saluran pernapasan akan terus terjadi. Pihaknya menyarankan publik untuk sering mencuci tangan dengan sabun, memakai masker, serta menutup mulut dan hidung saat batuk dan bersin.
"Masyarakat diimbau untuk secara proaktif menjaga kesehatan dan mencegah penularan pada orang lain, terutama di tempat tertutup dan ramai," katanya dalam sebuah pernyataan. "Ini termasuk mereka yang berencana bepergian ke negara-negara berisiko."
Di sisi lain, China mengklaim negaranya aman dikunjungi wisatawan di tengah naiknya kasus hMPV di sana, terutama di bagian utanya. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, mengatakan pada Jumat, 3 Januari 2025, melansir NDTV, Senin, 6 Januari 2025, "Infeksi pernapasan cenderung memuncak selama musim dingin."
Meyakinkan warga dan pelancong, ia mengklaim, "Saya dapat meyakinkan Anda bahwa pemerintah China peduli dengan kesehatan warga kami dan orang asing yang datang ke China. Ia juga menegaskan "aman untuk liburan di China."
Ada di Indonesia, tapi ...
Ketika ditanya tentang rumah sakit yang penuh sesak dan lonjakan penyakit pernapasan, ia menjawab, "Penyakit tersebut tampaknya tidak terlalu parah dan menyebar dengan skala lebih kecil dibandingkan tahun lalu." Mao juga mendesak warga dan wisatawan merujuk pada pedoman rilisan Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Nasional China.
Dari dalam negeri, hMPV juga dilaporkan ditemukan di Indonesia. Semua kasus di Tanah Air melibatkan anak-anak, lapor kanal Health Liputan6.com, Selasa. Meski demikian, Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, memastikan masyarakat tidak perlu khawatir, karena virus hMPV ini bukanlah ancaman baru.
Menkes berkata, "HMPV sudah lama ditemukan di Indonesia, kalau dicek apakah ada, itu ada. Saya sendiri kemarin melihat data di beberapa lab, ternyata beberapa anak ada yang terkena hMPV."
Budi menjelaskan, hMPV bukanlah virus baru, seperti COVID-19. Virus ini pertama kali ditemukan pada 2001 dan sudah menyebar ke seluruh dunia sejak saat itu. Sistem imun manusia telah mengenali virus ini, sehingga mampu merespons dengan baik. "Selama ini juga tidak terjadi apa-apa juga," kata Menkes Budi Gunadi Sadikin, dikutip dari Sehat Negeriku.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence