Liputan6.com, Jakarta - Setelah vakum selama empat tahun, ajang Indonesia Menari kembali hadir pada 2025 dengan semangat memperkenalkan kebudayaan Nusantara melalui ruang publik yang dekat dengan kehidupan masyarakat urban. Perwakilan Indonesia Kaya, Rieka Asy Syam, menjelaskan bahwa tujuan utama acara ini adalah menghidupkan kembali minat terhadap tarian tradisional Indonesia di tengah maraknya pengaruh budaya luar.
"Karena seperti kita tahu, sekarang ini banyak tari-tarian juga yang dari luar negeri. Makanya di sini, kita berusaha untuk terus mengenalkan budaya Indonesia melalui tarian Indonesia," ujarnya di Jakarta, 12 Oktober 2025.
Tahun ini, Indonesia Menari hadir di pusat perbelanjaan. "Kita memang membawa tradisi budaya tarian Indonesia ke dalam mal," jelasnya. Pilihan lokasi ini bukan tanpa alasan, karena mall menjadi ruang yang akrab bagi anak muda dengan gaya hidup modern di kota besar seperti Jakarta.
Dengan menari di tengah keramaian pengunjung, para peserta mengubah suasana mal menjadi panggung budaya yang hidup. "Biar orang-orang yang tadinya tidak tahu tentang tarian Indonesia jadi tahu," tambahnya.
Ketatnya Penilaian di Panggung Jakarta
Tahun ini, kriteria penilaian diperketat untuk menanamkan nilai kedisiplinan pada peserta. Penilaian mencakup kekompakan, semangat, pola lantai, dan konfigurasi tubuh, di mana setiap aspek memiliki poin tersendiri. "Kita mengajarkan bagaimana kedisiplinan ini juga harus perlu dikembangkan untuk anak-anak," ujar Rianto, maestro Tari Lengger, yang menjadi juri khusus untuk daerah Jakarta.
Berdasarkan pengamatannya, sejumlah peserta kerap melakukan kesalahan teknis, seperti melanggar batas garis lantai yang sudah ditentukan. "Kalau melanggar kan otomatis akan mengganggu peserta lain," katanya.
Ia juga menyebut kekompakan menjadi tantangan tersendiri karena dipengaruhi faktor emosi dan semangat berlebihan. "Kadang-kadang karena sudah menari emosinya terlalu tinggi jadi dia over, dan kekompakan akhirnya menurun." Begitu pula dengan kesadaran ruang dan keseimbangan dalam gerak yang ditunjukkan para penari muda.
Walau begitu, ia menilai seluruh peserta menunjukkan talenta dan semangat luar biasa. Ia memuji kemampuan para peserta dalam menampilkan ragam tradisi daerah dengan ekspresi yang kuat dan harmonis. "Semuanya keren-keren," ujarnya.
Pemenang Indonesia Menari 2025 Daerah Jakarta
Tujuh penari dari Sanggar Elpro Art Dance Jakarta Selatan berhasil meraih juara pertama dalam ajang Indonesia Menari 2025 yang digelar di mal kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Mereka tampil solid membawakan koreografi wajib karya Bathara Saverigadi Dewandoro, lengkap dengan sentuhan gerak tambahan hasil eksplorasi tim.
Ditemui seusai lomba, mereka mengungkapkan menyiapkan tarian sejak awal pendaftaran dan mulai rutin berlatih dua minggu sebelum lomba, biasanya dilakukan pada siang hari. Perwakilan tim, Tellyana, mengatakan partisipasi timnya tidak hanya untuk berkompetisi, tetapi juga untuk ikut melestarikan budaya Nusantara.
"Kalau menurut aku, tarian Indonesia itu sangat amat autentik banget, dengan latar belakang budaya yang beragam," katanya.
Dalam penampilan kali ini, mereka menyisipkan gerakan bebas yang dipadukan dengan elemen hiphop untuk menghadirkan nuansa modern dance sekaligus menambah variasi dalam setiap gerakan. Ia mewakili rekan-rekannya mengaku lega sekaligus bangganya atas pencapaian tersebut. "Setelah latihan yang begitu panjang akhirnya bisa tampil maksimal," ujarnya.
Ribuan Penari Bergerak Serentak di 11 Kota
Menyusul Elpro Art, juara kedua diraih Kujang Kendana Budaya Dance Art yang berhak atas hadiah Rp12,5 juta. Sedangkan, Lantara SMAN 90 menempati posisi ketiga dengan hadiah sebesar Rp10 juta.
Semangat yang terpancar dari panggung Jakarta sejatinya juga terasa di berbagai penjuru Indonesia. Tahun ini, Indonesia Menari 2025 digelar serentak di 11 kota, termasuk di Medan, Palembang, Karawang, Bekasi, Bandung, Semarang, Surabaya, Balikpapan, Makassar, dan Manado. Lebih dari 8.000 peserta menari bersama di tengah pusat perbelanjaan tepat pukul 13.00 WIB.
Masing-masing kota menghadirkan juri-juri ternama seperti Rianto, Didik Nini Thowok, Eko Supriyanto, dan Nungki Kusumastuti, yang menilai peserta berdasarkan kekompakan, pola lantai, kreativitas, dan semangat kolektif. Seluruh peserta diwajibkan membawakan koreografi karya Bathara Saverigadi Dewandoro, yang menonjolkan detail gerak tangan khas berbagai daerah, diiringi medley delapan lagu daerah hasil aransemen Alffy Rev.