Liputan6.com, Jakarta - Merebaknya human metapneumovirus (hMPV) di China mulai jadi perhatian di Malaysia. Data terbaru mencatat 327 kasus infeksi HMPV terjadi sepanjang 2024 di Negeri Jiran, atau naik 45 persen dari jumlah kasus pada 2023.
Seorang ahli virus pun menyarakan agar pemeriksaan kesehatan bagi pelancong bergejala di titik masuk Malaysia ditingkatkan. Ahli virus molekuler dari Universitas Monash, Associate Professor Dr. Vinod Balasubramaniam, mengatakan fokusnya harus pada pengujian demam dan gejala pernapasan.
"Pihak berwenang harus mengisolasi pelancong yang menunjukkan tanda-tanda penyakit parah untuk pengujian lebih lanjut. Ini bisa jadi COVID-19, influenza, atau patogen lain (yang berisiko menyebar)," katanya pada New Straits Times, dikutip Selasa (7/1/2025).
Lalu, bagaimana dengan Indonesia? "Terkait perlakuan khusus pada wisatawan yang kembali/datang dari China, itu menjadi ranah kebijakan Kementerian Kesehatan dan Kementerian Imigrasi," kata Wakil Menteri Pariwisata (Wamenpar) Ni Luh Puspa menjawab Lifestyle Liputan6.com lewat pesan tertulis di Jakarta, Selasa (7/1/2024).
Ni Luh menekankan bahwa Kementerian Pariwisata (Kemenpar) akan selalu berkoordinasi dan merujuk Kementerian Kesehatan (Kemenkes) perihal isu kesehatan. Ia pun mengimbau masyarakat dan pelaku usaha pariwisata mengikuti arahan Kemenkes, serta mengimplementasikan prinsip-prinsip Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability (CHSE).
"Kemenkes telah mengimbau masyarakat untuk tidak panik, tapi tetap waspada dan menjaga kesehatan guna mencegah risiko penularan virus ini," sambungnya.
Ia juga menjelaskan beberapa langkah preventif yang bisa dilakukan masyarakat. Itu meliputi menjaga pola hidup sehat, mencuci tangan secara teratur, dan menggunakan masker di tempat umum, terutama bagi yang merasa tidak sehat, untuk membantu mengurangi risiko tertular virus.
Belum Ada Bukti Bisa Jadi Ancaman Global
Vinod mengatakan, China tengah mengalami lonjakan penyakit pernapasan musiman, termasuk hMPV dan virus pernapasan lain, seperti respiratory syncytial virus (RSV) dan influenza. Namun, ia menyebut, tidak ada bukti yang menunjukkan penyakit-penyakit ini menimbulkan ancaman pandemi global, seperti COVID-19.
"Pihak berwenang China mengatakan penyakit pernapasan ini merupakan hal yang wajar, terjadi musiman, dengan jumlah kasus parah lebih sedikit dibandingkan tahun-tahun sebelumnya," imbuhnya.
Vinod mengatakan, meski hMPV, COVID-19, dan influenza adalah virus pernapasan, tingkat keparahan dan penularannya sangat berbeda. Tidak seperti COVID-19, hMPV tidak menyebar secara luas dan tingkat keparahannya dapat ditangani pada populasi yang sehat, imbuhnya.
Vinod juga menyebut bahwa hMPV umumnya menyebabkan penyakit pernapasan ringan hingga sedang. Tapi pada kelompok berisiko tinggi, penyakit ini dapat menyebabkan kondisi yang parah, seperti bronkiolitis atau pneumonia.
"COVID-19 dan influenza juga dapat berkisar dari ringan hingga parah, dengan COVID-19 berpotensi lebih tinggi untuk komplikasi dan kematian, terutama pada orang dewasa yang lebih tua dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya," ujar dia.
Langkah Preventif Tekan Penyebaran HMPV
Vinod melanjutkan, "Ketiga virus tersebut menyebar melalui droplet pernapasan, kontak langsung, dan kontak dengan permukaan yang terkontaminasi. COVID-19 telah menunjukkan tingkat penularan lebih tinggi dibandingkan hMPV dan influenza, sebagian karena penularan asimtomatik dan masa inkubasi yang lebih lama."
Demi mengurangi risiko infeksi hMPV, ia menyarankan orang mencuci tangan secara teratur dan menghindari menyentuh wajah dengan tangan yang tidak dicuci. Ia juga menganjurkan membersihkan dan mendisinfeksi benda, serta permukaan yang sering disentuh. Ia pun meminta publik menghindari kontak dekat dengan orang lain saat mengalami gejala pernapasan.
Ia mengatakan, penting untuk meningkatkan kesadaran publik tentang hMPV, termasuk gejalanya, metode penularan, dan tindakan pencegahannya. "Dukung upaya kesehatan masyarakat dalam memantau infeksi pernapasan untuk mendeteksi dan menanggapi wabah dengan segera," ucapnya.
"Pastikan fasilitas kesehatan siap untuk menangani peningkatan infeksi pernapasan, termasuk menyediakan persediaan dan protokol yang memadai," Vinod menambahkan. Sementara, Kementerian Kesehatan Malaysia mengatakan pada Sabtu, 4 Januari 2025, bahwa HMPV bukanlah penyakit baru.
Sudah Ada di Indonesia
Dari dalam negeri, hMPV juga dilaporkan ditemukan di Indonesia. Semua kasus di Tanah Air melibatkan anak-anak, lapor kanal Health Liputan6.com, Selasa. Meski demikian, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat tidak perlu khawatir, karena virus hMPV ini bukanlah ancaman baru.
Menkes berkata, "HMPV sudah lama ditemukan di Indonesia, kalau dicek apakah ada, itu ada. Saya sendiri kemarin melihat data di beberapa lab, ternyata beberapa anak ada yang terkena hMPV."
Budi menjelaskan, hMPV bukanlah virus baru, seperti COVID-19. Virus ini pertama kali ditemukan pada 2001 dan sudah menyebar ke seluruh dunia sejak saat itu. Sistem imun manusia telah mengenali virus ini, sehingga mampu merespons dengan baik. "Selama ini juga tidak terjadi apa-apa juga," kata Menkes, dikutip dari Sehat Negeriku.
HMPV bergejala mirip dengan flu biasa, seperti batuk, pilek, demam, dan sesak napas. Sebagian besar penderita dapat pulih dengan sendirinya tanpa memerlukan perawatan khusus. Penularan virus ini terjadi melalui droplet atau percikan air liur dari orang yang terinfeksi. "HMPV bukanlah virus yang mematikan. Ini sifatnya ringan dan dapat diatasi oleh tubuh dengan sendirinya," ujar Budi.