Gempa Sumenep Bikin Korban Reruntuhan Ponpes Al Khoziny yang Masih Hidup Makin Sulit Diselamatkan

1 week ago 21

Liputan6.com, Jakarta - Struktur reruntuhan bangunan ambruk musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, berubah imbas gempa bumi yang mengguncang Sumenep pada Selasa, 30 September kemarin malam.

"Getaran gempa menyebabkan pergeseran struktur reruntuhan dan mempersempit ruang gerak korban yang masih bertahan hidup di bawah bangunan," ujar Kepala Subdirektorat Pengerahan Potensi dan Pengendali Operasi Bencana dan Kondisi Membahayakan Manusia Basarnas, Emir Freezer, Rabu (1/10/2025).

Emir mengungkapkan bahwa ruang napas korban di titik A1 menyusut drastis dari 15 cm menjadi hanya 10 cm akibat beban bangunan yang turun.

"Logikanya, beban semakin turun sementara posisi tubuh korban tidak berubah. Artinya kompresi semakin kuat dan ruang untuk bernapas makin sempit,” ucapnya.

Sebelum gempa, lanjut Emir, korban di A1 masih bisa menggerakkan kepala dan tangan. Namun setelah gempa, hanya bisa merespons suara tanpa gerakan.

“Kami sempat berusaha menarik tubuh korban, tetapi terhambat pada panggul yang tertekuk. Meski demikian, ia masih bisa merasakan sakit, tanda masih ada aliran darah,” ujarnya.

Upaya Evakuasi

Situasi ini memperburuk upaya penyelamatan. Dari 7 korban yang sebelumnya masih merespons, kini tersisa hanya 6 orang. “Gempa ini membuat kondisi semakin kritis, karena tiap detik ruang hidup korban semakin menipis,” ucapnya.

Sebelumnya, tim gabungan terus melakukan upaya evakuasi terhadap korban insiden reruntuhan di Pondok Pesantren Al Khoziny, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, hingga Selasa (30/9/2025) pukul 19.00 WIB.

"Berdasarkan data absensi santri, sebanyak 91 orang diduga masih tertimbun material bangunan," ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, Rabu (1/10/2025).

Abdul mengungkapkan, personel pencarian dan pertolongan (Search and Rescue - SAR) gabungan sebanyak 332 dari BASARNAS, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur, BPBD Kabupaten Sidoarjo.

"BPBD dari kabupaten sekitar seperti Jombang, Mojokerto dan Nganjuk, Dinas PU SDA Provinsi, Tagana Dinas Sosial, aparat TNI serta Polri telah dikerahkan dengan metode kerja bergantian untuk menjaga ketahanan tim," ucapnya.

Alat Berat Disiagakan

Abdul mengatakan, peralatan berat juga telah disiagakan, namun penggunaannya sementara belum dapat dilakukan karena dikhawatirkan getaran dapat memperparah kondisi reruntuhan.

"Upaya penyelamatan saat ini difokuskan secara manual dengan menggali lubang dan celah untuk mengevakuasi korban yang masih hidup," ujarnya.

Abdul menyampaikan bahwa Tim SAR gabungan mendeteksi adanya indikasi enam orang korban yang masih bertahan di salah satu segmen reruntuhan. "Melalui celah yang ada, petugas telah menyalurkan makanan dan minuman untuk menjaga kondisi para korban," ucapnya.

Tunggu Asesmen

Sementara itu, lanjut Abdul, proses evakuasi juga menunggu asesmen dari pihak berwenang di bawah komando Basarnas.

"Jika hasil asesmen menyatakan tidak ada lagi korban yang masih hidup, tahapan selanjutnya akan dilakukan dengan menggunakan alat berat untuk mengevakuasi korban meninggal dunia yang masih tertimbun," ujarnya.

"Di sisi lain, tim tengah merumuskan langkah teknis bersama ahli konstruksi untuk membersihkan puing pada jalur evakuasi secara aman tanpa memicu reruntuhan susulan," imbuh Abdul.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |