Bikin Bangga, 3 IP Lokal Indonesia Bakal Dipromosikan Perdana ke Cannes Film Festival

6 hours ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Tahun ini, Indonesia perdana diundang untuk berpartisipasi di dalam Asian IP Showcase yang diselenggarakan sebagai salah stau program Cannes Film Festival 2025. Total ada tiga IP atau komik Indonesia yang akan diperkenalkan sekaligus dipromosikan kepada produser, rumah produksi, maupun distributor film dari berbagai negara di ajang festival film terbesar di dunia tersebut.

Ketiga IP lokal yang dimaksud adalah Locust yang diproduksi oleh Kosmik Studio; Jitu yang diproduksi Caravan Studio; dan Bandits of Batavia yang digarap Beyondtopia. Ketua Umum Komite Ekonomi Kreatif Jakarta, Robby Wahyudi menerangkan alasan tiga IP tersebut dinilai layak merepresentasikan Indonesia di ajang internasional tersebut untuk pertama kalinya.

"Kriterianya itu lebih banyak bisa punya relevansi sama dunia internasional, karena banyak dari karya yang ada kan, IP-IP hyperlocal. Hyperlokal ini berarti mereka memang masih mengejar market lokal dulu, sedangkan kalau kita bicara Cannes, ini kan film festival terbesar di dunia," kata Robby ditemui seusai talkshow Dari Jakarta ke Cannes di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Rabu, 23 April 2025.

"Jadi memang, kita mesti memilih nggak cuma hanya karyanya, tapi orang-orang yang represent Indonesia-nya pun, bisa berbicara dan bisa punya exposure tertentu di dunia internasional. Contohnya tiga orang ini tuh memang punya background mengerjakan karya-karya yang luar biasa," sambungnya.

Tiga orang dimaksud adalah Sunny Gho dari Kosmik Studio, Chris Lie dari Caravan Studio, dan Bryan Valenza dari Beyondtopia. Ketiganya berpengalaman mengerjakan proyek komik studio besar dunia, seperti Marvel dan DC Comic. Namun, mereka juga menghasilkan IP atau komik sendiri dengan cerita bernuansa Indonesia yang kental, tetapi masih bisa terhubung dengan isu internasional.

Persiapan Serba Buru-buru

Robby mengungkapkan bahwa undangan menghadiri Cannes Film Festival datang sekitar sebulan lalu. Dengan acara yang akan berlangsung pada 13--21 Mei 2025, pihaknya tak memiliki banyak waktu untuk persiapan dan akhirnya memilih kandidat terkuat bermodalkan jaringan yang dimiliki.

"Kalau Cannes Film Festival itu 13--21 Mei, tapi untuk section IP-nya, tanggal pentingnya itu 15--18 Mei. Jadi, kurang lebih kita nyampe sana 12 (Mei), pulangnya 19 (Mei). Kalau bisa lebih cepat, juga lebih cepat," tuturnya.

Persinggungannya dengan Cannes Film Festival terjadi setelah ia mengetuai JAFF Content Market di Yogyakarta Netpac Film Festival tahun lalu. Saat itu, Indonesia membawa 10 IP untuk dipromosikan kepada banyak pihak, termasuk perwakilan dari festival-festival film lain termasuk Busan Film Festival dan Cannes Film Festibal.

"Cannes juga kayaknya hadir dan mereka ngelihat bahwa oh IP Indonesia punya potensial. Terus akhirnya kita diundang, JAFF-nya ini yang diundang, kita dapat official undangan," sahutnya.

Menurut Robby, kehadiran Indonesia di Cannes sangat penting bagi IP Indonesia karena expossure yang begitu besar sebagai festival film terbesar di dunia. Di sisi lain, kehadiran IP lokal di Cannes juga bisa meningkatkan valuasi IP di mata para produser film dalam negeri. Tak kalah penting, kehadiran mereka diharapkan bisa membuka jejaring yang lebih luas bagi IP-IP Indonesia.

Para Pesaing Indonesia di Dunia IP

Meski program itu hanya menyoroti Asia, persaingannya tidak akan mudah. Menurut Robby, negara-negara penghasil IP di Asia sudah pasti akan diundang, di antaranya Jepang yang salah satunya diwakili Bandai, Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong, dan China. Sementara dari Asia Tenggara, ia memastikan Filipina dan Thailand juga akan datang.

"Saya juga enggak tahu kenapa Cannes spesifik Asian IP Showcase. Mungkin karena IP Indonesia lagi naik banget semuanya, jadi kayanya anginnya lagi ke arah Asia," kata dia.

Tawaran ke Cannes jelas disambut baik oleh ketiga orang yang mewakili studio-nya masing-masing. Sunny Gho, misalnya, ingin memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mendapatkan distributor atau produser yang bisa memasarkan produk sinematik dari IP-nya, Locust.

Ketertarikan produsen asing dinilainya akan sangat membantu mewujudkan hal-hal asli yang ada di dalam komik tersebut. "Salah satunya bahasa Mandarin. Kalau kita Indonesia aja enggak bisa, ya bahasa Indonesia aja semuanya ngomongnya... Kalau ke Cannes, mungkin bisa ketemu yang produce ini sesuain vision-nya Mas Iskandar (pembuat komik Locust)," ujarnya.

Ia juga meyakini bahwa komiknya sangat bisa mewakili budaya Indonesia. "Represent budaya kita sangat kuat, sangat kental, tidak perlu menebak-nebak ini komik dari mana, cerita dari mana sebenarnya, kekhawatiran di situ tidak ada," katanya.

Butuh Promosi yang Lebih Gencar

Sementara, Robby menambahkan bahwa ketiga IP lokal itu cocok dibawa ke Cannes lantaran isu ceritanya yang terbilang universal walau latar belakang dan suasana yang dibangun 'Indonesia banget'. "Cannes ini karena lebih banyak art house film, produsernya juga lebih banyak ngelihat ke sana," katanya.

"Kalau kita bawa yang very cultural Indonesia banget, mungkin mereka enggak akan relate... Jadi lebih spesifik kita ngincer yang marketnya sesuai aja," katanya.

Cannes pun bukan jadi festival pertama yang akan didatangi untuk mempromosikan IP lokal. Berikutnya, pihaknya akan memboyong sekitar 10 IP lokal ke Busan Film Festival pada Oktober 2025. 

Kesempatan-kesempatan itulah yang dinantikan Chris Lie dari Caravan Studio selama ini. Bagaimana pun, ia menargetkan produser luar yang memproduksi film dari IP lokal lantaran biaya produksinya terbilang tinggi untuk mewujudkan fantasi di komik Jitu secara utuh. 

"Saya bersyukur sih udah mulai dilakukan. Semoga itu jalan terus dan makin banyak yang bisa dipromosikan dan digandeng-gandengkan," katanya.

Bryan pun menambahkan bahwa ada perubahan pola pikir ketika memasarkan IP lokal dari para pemangku kepentingan. Ia meminta banyak pihak mempelajari cara pihak lain dalam pemasaran sehingga hasilnya akan lebih optimal bagi IP lokal.

"Menurut gue, sesuatu yang sangat seru sih untuk merhatiin produk atau brand lain, mempromosikan seperti apa, terus kita terapin ke industri kita yang cocok seperti apa," katanya.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |