Liputan6.com, Jakarta - Pernikahan Jeff Bezos dengan Lauren Sánchez, yang dijadwalkan berlangsung akhir Juni 2025, memicu gelombang protes aktivis di Venesia. Para aktivis merasa rencana pernikahan akan memperparah masalah pariwisata berlebihan yang sudah lama membebani kota mereka.
Mengutip Euronews, Kamis (19/6/2025), kampanye "No Space for Bezos" pun mengaung. Tujuannya tak lain untuk menduduki jalan-jalan dan kanal-kanal Venesia untuk menyampaikan pesan bahwa pendiri Amazon tersebut tidak diterima.
Marta Sottoriva, seorang penyelenggara kampanye, menegaskan bahwa protes ini bukanlah tentang menolak pernikahan itu sendiri. Para demonstran menolak visi Venesia sebagai tempat yang hanya dinikmati oleh orang-orang kaya.
Menurut Sottoriva, kehadiran Bezos di Venesia merupakan simbol dari jenis kekayaan yang dibangun di atas eksploitasi banyak orang. Hal ii tak lepas dari sejarah Amazon yang menolak serikat pekerja dan kehadiran Bezos di pelantikan Presiden AS Donald Trump.
Aktivis berpendapat bahwa kota ini semakin melayani wisatawan dan acara berskala besar daripada penduduknya. Hal ini mengakibatkan depopulasi dan penutupan layanan lokal.
Rencana Blokir Jalan di Hari Pernikahan
Pernikahan Bezos diperkirakan menelan biaya sekitar 10 juta Euro atau setara Rp188,3 miliar. hotel-hotel termahal di kota telah dipesan dengan sekitar 200 tamu undangan.
Sementara itu, protes damai direncanakan akan berlangsung pada 28 Juni 2025, dengan ratusan orang diperkirakan akan bergabung dalam aksi tersebut. Para aktivis merencanakan untuk memblokir jalan, menyumbat kanal dengan perahu dan kayak, serta melompat ke air sebagai bentuk perlawanan.
Meskipun kampanye ini tidak berharap untuk menghentikan pernikahan tersebut, mereka berharap dapat mengacaukan rencana dan menarik perhatian dunia terhadap isu-isu yang dihadapi Venesia. "Kami butuh rumah dan upah yang layak, tegas Sottoriva, menyoroti kebutuhan mendesak penduduk lokal di tengah glamor acara pernikahan," kata Sottoriva.
Venesia, dengan jumlah pengunjung yang meningkat pesat hingga mencapai sekitar 30 juta orang per tahun. Kota ini telah menjadi contoh nyata dari dampak overtourism.
Hanya sekitar 51 ribu penduduk yang tinggal di pusat bersejarah Venesia, sementara 250 ribu penduduk lainnya tinggal di daratan utama. Banyak warga merasa terdesak keluar dari lingkungan mereka sendiri akibat meningkatnya biaya hidup dan tekanan pariwisata.
Pajak Turis di Venesia
Pemerintah kota telah memberlakukan pajak turis untuk mengatasi gelombang wisatawan, namun kebijakan ini dinilai belum cukup efektif. Sementara itu, beberapa pemilik bisnis lokal justru melihat pernikahan Bezos sebagai peluang ekonomi, dengan harapan acara ini dapat mendatangkan pelanggan baru.
Wali Kota Venesia, Luigi Brugnaro, menyambut baik acara ini, menyebutnya sebagai kehormatan bagi kota. "Kami sangat bangga," katanya, berharap dapat bertemu dengan Bezos selama kunjungannya.
Namun, pandangan ini bertentangan dengan perasaan banyak warga dan aktivis yang merasa bahwa kota mereka dijadikan panggung untuk para miliarder, sementara kebutuhan dasar penduduk lokal terabaikan.Sottoriva dan para aktivis lainnya menegaskan bahwa mereka tidak menentang kemajuan atau investasi, tetapi menuntut perhatian lebih terhadap kebutuhan penduduk lokal dan masa depan yang berkelanjutan bagi Venesia.
"Kita tidak butuh Bezos. Kita butuh rumah, upah yang layak, dan masa depan yang berkelanjutan," pungkas Sottoriva, menggarisbawahi tuntutan mereka untuk perubahan nyata di kota yang mereka cintai.
Pajak Wisata Dinaikkan
Sebelumnya diberitakan Venesia pun telah memperpanjang penerapan pajak wisata harian pada pertengahan 2025. Kebijakan ini akan menggandakan biaya untuk pemesanan menit terakhir menjadi 10 Euro atau setara Rp170 ribu yang diumumkan oleh pejabat kota pada Kamis, 24 Oktober 2024.
Mengutip laman Euronews, Sabtu, 26 Oktober 2024, langkah ini diambil setelah program percontohan yang diluncurkan awal 2024, menunjukkan hasil yang signifikan meskipun menuai berbagai kritik. Wali Kota Venesia, Luigi Brugnaro, menegaskan bahwa pajak ini bertujuan untuk membantu kota dan warganya dalam memerangi overtourism.
Pihaknya juga menghindari lonjakan pengunjung selama liburan dan akhir pekan yang ramai. "Venesia adalah kota pertama di dunia yang mencoba mengelola masalah kelebihan turis. Kami memperoleh hasil yang penting," ujar Brugnaro.
Pajak perjalanan harian ini akan diberlakukan setiap hari Jumat hingga Minggu dan saat hari libur, mulai 18 April hingga 27 Juli 2025, dengan total 54 hari. Jumlah ini hampir dua kali lipat dari jumlah hari yang diberlakukan tahun ini.