Liputan6.com, Jakarta - Memperingati Hari Pangan Internasional yang jatuh pada 16 Oktober 2025, Museum Nasional Indonesia menggelar Kenduri Budaya Pangan Lokal selama sepekan, yakni pada 13--19 Oktober 2025. Kegiatan bertema Menabur Benih, Menuai Kehidupan itu merupakan bagian dari Gerakan Pangan Lokal Nusantara yang diinisiasi Kementerian Kebudayaan (Kemenbud).
"Pangan lokal kita adalah warisan budaya yang merupakan cermin identitas, tradisi, kearifan lokal, dan jati diri bangsa. Setiap daerah punya sistem budaya pangan lokal yang terbentuk dari interaksi panjang antara manusia, alam, dan kepercayaan dari leluhur," kata Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon dalam rilis yang diterima Lifestyle Liputan6.com, Selasa (14/10/2025).
Filosofi Kenduri Budaya Pangan Lokal Nusantara diangkat dari tradisi kenduri atau makan bersama sebagai wujud rasa syukur dan persaudaraan yang hidup di berbagai daerah di Indonesia. Menbud menjelaskan bahwa kegiatan ini mencerminkan kekuatan nilai budaya yang mempererat kebersamaan, menjaga kelestarian pangan lokal, sekaligus menjamin keberlangsungan kesehatan generasi bangsa.
"Budaya pangan lokal merupakan komponen esensial dari identitas bangsa. Dengan melestarikannya, kita tidak hanya mempertahankan warisan leluhur, tetapi juga memperkuat kedaulatan dan ketahanan pangan nasional di tengah tantangan global seperti perubahan iklim dan ketergantungan impor," imbuh Menbud.
Ada Apa Saja di Kenduri Budaya Pangan Lokal?
Kurator Kenduri Budaya Pangan Lokal Nusantara, Meilati Batubara, menyebutkan bahwa kegiatan ini menghadirkan berbagai program, termasuk pameran, lokakarya, pasar rakyat, dan diskusi kebudayaan yang melibatkan masyarakat adat dari berbagai daerah. Kegiatan ini menjadi ajang edukasi publik dan apresiasi terhadap kekayaan pangan lokal dari berbagai daerah Indonesia.
"Bagian paling penting dari kenduri ini adalah kehadiran masyarakat adat di Jakarta. Selama beberapa hari ke depan, mereka akan mendapatkan pembekalan tentang tata kelola dan pelestarian budaya pangan di daerah masing-masing," ujar Meilati.
Kegiatan itu, kata dia, tidak hanya menjadi selebrasi kekayaan pangan Indonesia, tetapi juga wadah transfer pengetahuan bagi masyarakat adat untuk menjaga dan mengembangkan budaya pangan di wilayah mereka. Kenduri juga diramaikan dengan pameran bertajuk Semai: Menabur Benih, Menuai Kehidupan.
Pameran Semai di Kenduri Budaya Pangan Lokal Nusantara
Direktur Eksekutif Badan Pegelola Usaha Museum dan Cagar Budaya, Esti Nurjadin menerangkan bahwa pameran itu menampilkan kisah dan visualisasi interaktif tentang perjalanan pangan dari tanah hingga meja makan, serta praktik pertanian berkelanjutan masyarakat adat di seluruh Indonesia. Pameran itu juga memamerkan 163 benda budaya terkait pangan, yang terdiri atas 120 koleksi Museum Nasional dan 43 koleksi Fadli Zon Library.
"Kami juga menghadirkan beragam benih dari bumi Nusantara," imbuhnya.
Ia menyebut Pameran Semai hadir sebagai ruang refleksi yang mempertemukan pengetahuan lokal dengan kesadaran ekologis dan diperantarai oleh seni dan budaya. "Di sini, kita menumbuhkan harapan baru dari akar tradisi yang lestari. Melalui pameran ini, kita diajak menengok kembali hubungan manusia dengan sumber pangan sebagai bagian dari warisan, identitas, dan keberlanjutan," jelasnya.
Pangan Jadi Bagian Diplomasi Budaya
Menbud menambahkan bahwa isu pangan adalah salah satu prioritas pembangunan nasional di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto. Gerakan Pangan Lokal Nusantara dinyatakan sebagai bentuk dukungan nyata terhadap program nasional tersebut. Gerakan itu sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya tujuan Zero Hunger, Good Health and Wellbeing, Gender Equality, serta Responsible Consumption and Production.
Menbud berharap seluruh masyarakat berkomitmen melestarikan budaya pangan lokal, termasuk masyarakat adat yang menjadi pelestari pangan lokal ini. Ia juga meminta masyarakat semakin memahami bahwa pangan bukan sekadar konsumsi, melainkan ekspresi budaya dan kekuatan bangsa.
"Pangan lokal, jika dikembangkan secara serius, dapat menjadi ekosistem ekonomi budaya, industri kuliner yang dapat kita perkenalkan ke tengah-tengah peradaban dunia, sebagai bagian dari diplomasi budaya Indonesia," ucapnya.