2 Hari Haical Bertahan Hidup di Antara Runtuhan Tembok Bangunan Ponpes Al-Khoziny Sidoarjo

1 week ago 21

Liputan6.com, Jakarta Upaya penyelamatan korban bangunan ambruk di Ponpes Al-Khoziny di Buduran, Sidoarjo, memasuki hari keempat. Meskipun waktu krusial atau golden time 72 jam operasi SAR nyaris berakhir, semangat tim tak surut.

Bau debu dari beton yang dihancurkan, bercampur keringat para relawan memenuhi udara sekitar reruntuhan. Setiap suara teriakan yang terdengar dan ketukan palu tim SAR menjadi tanda harapan bagi keluarga yang menunggu di balik tenda darurat.

Doa keluarga berbuah bahagia. Santri bernama Syehlendra Haical R.A (13) berhasil ditemukan dalam kondisi hidup setelah 72 jam lebih terjebak. Tubuhnya berhasil diselamatkan dari balik tembok-tembok yang telah hancur.

Tim SAR berhasil mengevakuasi Haical tepat pukul 15.10 WIB.

Polda Jatim mengerahkan tim Disaster Victim Identification (DVI) untuk membantu evakuasi dan identifikasi korban runtuhnya bangunan mushala di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, pada Senin (29/9).

Bertahan Hidup Dalam Himpitan Beton

Kemunculan Haical membawa ketenangan buat keluarga. Dia telah melewati banyak waktu terhimpit beton tebal dengan oksigen terbatas. Tim penyelamat hanya bisa berkomunikasi dengannya melalui celah reruntuhan.

Suara Haical muncul dari sela-sela kecil. Dia selalu menjawab panggilan petugas. Meski tak terdengar jelas, setidaknya menjadi energi bagi tim SAR yang berjibaku siang dan malam.

Tak lama kemudian, tubuh mungilnya berhasil diangkat. Haical langsung dibawa ke RSUD R.T. Notopuro Sidoarjo.

“Betul, pasien sudah di IGD. Saat ini sedang rontgen dan menjalani pemeriksaan medis menyeluruh,” kata Kepala Sub Bagian Humas rumah sakit, Perdigsa Cahya.

Teriakan Haical jadi Penyemangat Tim SAR

Sehari sebelumnya, seorang santri bernama Yusuf (16) juga berhasil diselamatkan. Ia dievakuasi tim Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Surabaya pada Selasa dini hari, setelah terjebak lebih dari 15 jam.

Sama seperti Haical, Yusuf juga sempat memberi respons melalui celah beton sebelum akhirnya ditarik keluar.

Dua nyawa muda yang kembali dari ambang maut itu bagai oase di tengah musibah. Namun, duka tetap membayangi empat santri telah dinyatakan meninggal dunia, belasan luka-luka, dan puluhan masih belum ditemukan.

Keluarga Masih Berharap Banyak yang Selamat

Sementara di bawah tenda posko, keluarga para santri terus menanti. Beberapa menggenggam tasbih, bibir mereka tak berhenti berdoa. Ada yang menatap kosong ke arah reruntuhan, berharap malaikat penyelamat kembali membawa kabar bahagia.

Sementara itu, tim SAR gabungan Basarnas, TNI, Polri, BPBD, Damkar, dan ratusan relawan tak henti bekerja. Dengan anjing pelacak, thermal scanner, hingga teknik komunikasi melalui pipa, mereka mencari tanda-tanda kehidupan.

“Semua proses harus hati-hati. Kami prioritaskan keselamatan tim sekaligus menghormati korban di dalam reruntuhan,” tegas Kepala Basarnas Surabaya, Nanang Sigit.

Puing-puing beton sekilas menjadi penghalang terakhir yang memisahkan kelaurga dan anak, saudara, atau sahabat. Namun bagi keluarga yang menanti, puing itu justru menjadi saksi bahwa keajaiban masih mungkin terjadi.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |