Upaya Pelestarian Ilmu Maestro Perhiasan Desa Taro Bali

Liputan6.com, Jakarta - Brand perhiasan Tulola dan Bakti BCA bergandeng tangan dalam melestarikan warisan budaya Nusantara. Melalui program bertajuk "Heroes of Heritage," mereka memperkuat komitmen pemberdayaan terhadap para maestro perhiasan di Desa Taro, Bali.

Desa binaan Bakti BCA ini dinilai memiliki posisi istimewa karena telah mendapatkan pengakuan internasional sebagai desa wisata berkelanjutan terbaik oleh UNWTO. Happy Salma, Founder dan Creative Conceptor Tulola, menegaskan, refleksi kekaryaan jenamanya di akhir tahun memiliki tujuan yang melampaui aspek komersial semata. 

Ia menekankan pentingnya misi budaya di balik kemitraan tersebut. "Ini adalah penutup tahun bagi kami, untuk mengingatkan lagi bahwa yang kita kerjakan bukan hanya urusan perekonomian atau berdagang, tapi lebih dari itu," ujarnya saat jumpa pers di Jakarta, Jumat, 28 November 2025.

Senada dengan visi tersebut, EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn, menjelaskan, pertumbuhan institusi harus berjalan selaras dengan pelestarian lingkungan sekitarnya. "Kami sangat merasa bahwa BCA itu tumbuh dan besar sampai hari ini tentu tidak bisa tumbuh sendiri," ucapnya.

Keahlian para maestro Desa Taro berakar kuat pada tradisi pembuatan pratima atau sarana upacara keagamaan, bukan sekadar produk massal. Latar belakang itu memberi nilai filosofis mendalam pada setiap karya, di mana motif yang tercipta merupakan bentuk dedikasi spiritual. 

Happy menggambarkan proses kreatif para perajin perhiasan sebagai ekspresi seni yang hidup dan bernyawa. "Mereka menciptakan motif itu seperti puisi. Puisi yang hidup di dalam bentuk fisik," tuturnya.

Tantangan utama dalam kolaborasi ini adalah mengadaptasi desain tradisional yang rumit, seperti Mandala dan Lembu Putih, menjadi perhiasan yang relevan untuk penggunaan sehari-hari. Happy menekankan, meski bentuknya disesuaikan, niat spiritual dalam pengerjaannya tetap dijaga dengan ketat.

"Ibaratnya tuh nawaitunya, niatnya tuh mau buat apa gitu," tambahnya.

Proses adaptasi tidak sekadar mengecilkan ukuran desain, melainkan menerjemahkan bahasa filsuf yang rumit menjadi bentuk yang lebih sederhana tanpa mengurangi kesakralannya. Dengan demikian, teknik tradisional, seperti tatah, tetap lestari dan dapat dinikmati dalam konteks gaya hidup modern yang lebih dinamis.

Upaya pelestarian warisan budaya tidak akan dapat bertahan lama tanpa dukungan ekosistem ekonomi yang kokoh dan berkelanjutan. Bakti BCA memahami hal tersebut dan memprioritaskan pembukaan akses pasar agar para perajin mendapatkan kesejahteraan yang layak dari karya tangan mereka. 

"Terbukti dari Desa Taro bisa mengalami peningkatan sekitar dua kali lipat dari pendapatan mereka sebelumnya," ungkap Hera.

Selain membuka akses pasar, BCA membekali para perajin dengan edukasi literasi finansial. Tujuannya adalah agar para maestro dapat memfokuskan energi pada idealisme kekaryaan, sementara pengelolaan keuangan dilakukan secara profesional.

Kombinasi antara peningkatan pendapatan dan tata kelola yang transparan menjadi motivasi utama bagi perajin. Ketika kesejahteraan terjamin, semangat melestarikan teknik leluhur akan terus menyala, menciptakan siklus keberlanjutan yang saling menguntungkan bagi semua pihak.

Regenerasi pengrajin jadi isu krusial di tengah realitas anak muda yang cenderung memilih profesi dengan jaminan finansial yang lebih pasti. Menyadari hal tersebut, kolaborasi BCA dan Tulola berfokus pada penyelarasan antara idealisme budaya dan realitas ekonomi. 

Strategi menciptakan pasar yang stabil dinilai sukses menarik minat generasi penerus untuk menekuni keahlian leluhur. Happy mencatat adanya lonjakan jumlah perajin di bawah naungan Tulola. "Perajin kami dulu hanya ada enam, sekarang seratus lebih," ujarnya.

Melihat keberhasilan tersebut, Tulola merancang rencana jangka panjang berupa program pendidikan untuk memperluas transfer ilmu. "Inginnya nanti di tahun-tahun depan lagi kita buka kelas lagi, kita buka workshop, kita bisa mengundang siapa saja," sebut Happy.

Inisiatif ini diharapkan mampu menjamin bahwa seni ukir logam Desa Taro akan terus berevolusi dan tetap relevan bagi generasi mendatang.