Liputan6.com, Jakarta - Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Kehutanan (Gakkum Kehutanan) Kementerian Kehutanan (Kemenhut) melanjutkan operasi terpadu di Bentang Alam Seblat yang menjadi rumah terakhir gajah sumatera di Bengkulu. Hingga 3 Desember 2025, tim gabungan telah mengambil alih lahan seluas 7.755 hektare di kawasan HPT Lebong Kandis dan HP Air Rami dari para perambah hutan.
Dalam rilis yang diterima Lifestyle Liputan6.com, Sabtu, 13 Desember 2025, petugas memusnahkan berbagai infrastruktur ilegal yang dibangun para perambah. Tercatat, tim di lapangan merobohkan 112 pondok kerja dan menebas sekitar kurang lebih 16 ribu batang sawit ilegal yang tertanam di dalam area hutan lindung dan memusnahkan kurang lebih 8 m³ kayu olahan hasil pembalakan liar.
Tidak hanya menyasar tanaman, tim operasi juga memutus akses logistik dengan cara menghancurkan tujuh titik jembatan. Kepala Balai Gakkum Kehutanan Sumatera, Hari Novianto, menjelaskan bahwa pemutusan jembatan dan penyitaan dua alat berat merupakan strategi untuk menghentikan rantai bisnis kejahatan kehutanan secara total.
Ia menegaskan bahwa kawasan tersebut harus kembali berfungsi sebagai hutan alami, bukan perkebunan sawit tanpa izin. "Kami tidak hanya menertibkan di permukaan. Kami pastikan akses, sarana produksi, dan alur keluar-masuk hasil kejahatan ini benar-benar terputus. Kawasan ini harus kembali menjadi hutan, bukan kebun sawit ilegal," ujar Hari.
Kembalinya Satwa Liar ke Bentang Alam Seblat
Seiring upaya pemulihan terus berjalan, Bentang Alam Seblat menunjukkan daya dukung ekologisnya yang masih kuat melalui kemunculan berbagai satwa dilindungi. Tim patroli darat sempat menemukan jejak kaki harimau, tapir, dan babi hutan di beberapa titik lokasi operasi.
Selain temuan jejak, petugas juga menjumpai secara langsung satwa endemik lain seperti siamang, burung rangkong, dan burung beo. Bahkan, tim menemukan bunga langka Amorphophallus atau bunga bangkai.
Kepala BKSDA Bengkulu-Lampung, Himawan Sansongko, dalam keterangannya menyatakan bahwa kehadiran satwa-satwa tersebut menjadi bukti nyata bagi semua pihak. Ia menekankan bahwa wilayah Bentang Seblat bukanlah lahan kosong, melainkan rumah vital bagi keanekaragaman hayati Indonesia. Temuan ini memperkuat urgensi pemulihan ekosistem demi menjaga koridor perlintasan Gajah Sumatera.
Jerat Hukum bagi Perambah dan Korporasi Nakal
Sejauh ini, penyidik Gakkum Kehutanan telah menetapkan tiga orang tersangka yang terbukti berperan sebagai pemilik dan penjual lahan negara. Proses hukum pidana ini masih terus dikembangkan untuk menjangkau pemodal intelektual yang mendalangi aktivitas ilegal tersebut.
Tim Pengawas Kehutanan juga menemukan pelanggaran administrasi berat yang dilakukan oleh perusahaan di sekitar lokasi. Petugas mendapati tumpukan kayu tanpa dokumen resmi di area konsesi. Terkait temuan itu, pemerintah telah membekukan izin berusaha dan menyiapkan gugatan perdata untuk menuntut ganti rugi pemulihan lingkungan.
Direktur Jenderal Penegakan Hukum Kehutanan, Dwi Januanto Nugroho, menegaskan bahwa penggunaan instrumen hukum pidana, perdata, dan administratif bertujuan memberikan efek jera maksimal bagi perambah maupun korporasi yang abai.
"Upaya rehabilitasi, penataan batas, dan penguatan perlindungan bersama pemerintah daerah dan para pihak juga akan dipercepat agar kawasan tidak kembali dikuasai pelaku ilegal," kata Dwi.
Komitmen Rehabilitasi Bentang Alam Seblat
Dwi menegaskan bahwa kawasan hutan negara, apalagi koridor penting seperti Bentang Alam Seblat, bukan untuk diperjualbelikan atau diubah seenaknya menjadi kebun sawit. Pihaknya menyatakan bahwa operasi penguasaan kembali lahan hanya langkah awal dari pemulihan ekosistem menyeluruh.
Ia mengajak masyarakat agar berperan aktif dalam pengawasan. Ia meminta publik segera melaporkan jika menemukan indikasi pembalakan liar atau jual-beli lahan di masa mendatang. Pemerintah menegaskan bahwa hutan yang telah dijaga hari ini adalah benteng keselamatan ekologis yang krusial bagi generasi mendatang.
Sebelumnya, Forum Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Koridor Gajah Seblat menulis surat terbuka penuh emosi untuk Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni, berisi seruan agar negara tidak tinggal diam terhadap pembabatan hutan yang terus terjadi. "Kami tak rela rimba dan gajah Sumatra tinggal cerita," tulis Forum KEE dalam surat terbuka di akun Instagram-nya, Senin, 3 November 2025.
Kalimat sederhana, namun kuat, jadi wujud keputusasaan sekaligus cinta terhadap rumah terakhir bagi satwa yang kian terpojok. Melalui tagar #SaveGajahSeblat, gerakan ini menggema di media sosial, mengundang dukungan publik agar pemerintah segera bertindak menyelamatkan hutan habitat gajah terakhir di Bengkulu.

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5378296/original/042750700_1760238152-tanaphong-toochinda-9x3jGcu3qQ0-unsplash.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5451075/original/078783000_1766222370-WhatsApp_Image_2025-12-20_at_16.17.53.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5450861/original/067980200_1766200263-ClipDown.com_555484291_18537530443023593_1271841121744619814_n.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3407752/original/091592400_1616396725-nastar-instagram-faraleyama-6-edited-554d2d8677e0c4ac3b36e07404e6d7dd.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5451013/original/065577000_1766217297-indah1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3291479/original/071095800_1604922215-NEPAL_VAN_JAVA.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5034495/original/008849200_1733283077-nasi_ketan.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5450904/original/018446400_1766206526-bumbu_kaldu_ayam.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5450819/original/002222600_1766195547-ClipDown.com_598589597_18497848762079633_6901050581671047182_n.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5444542/original/003676400_1765781256-8dce9435-9eb9-4ca0-a121-5351747e2434.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-gray-landscape-new.png,1100,20,0)/kly-media-production/medias/3346069/original/026364400_1610355728-1.JPG)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5450122/original/033710700_1766129817-IMG-20251219-WA0003.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3982478/original/043756000_1648863408-AP22090322714638.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5450337/original/001053000_1766137741-IMG-20251219-WA0016.jpg)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-gray-landscape-new.png,45,600,0)/kly-media-production/medias/4827895/original/067350900_1715333655-IMG_0240.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5450211/original/050319300_1766134078-unnamed_-_2025-12-19T154507.331.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5450262/original/024891900_1766135641-Kenikir.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3184486/original/057993000_1595219338-pizza-slices-marble-chopping-board_23-2147926088.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5450311/original/038445600_1766136724-060002900_1562822146-iStock-478286446.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5450218/original/011862400_1766134228-Resep_Roti_Goreng_yang_Enak_dan_Super_Empuk.jpg)










:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5373357/original/048602800_1759820171-SnapInsta.to_560669028_18535972480043602_4721668802629419488_n.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5327294/original/028965100_1756177305-Screenshot_2025-08-26_100102.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5414818/original/029407400_1763352077-ATK_BOLA_Byon_Combat_Showbiz_6.png)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4763684/original/016326400_1709707430-kereta_api_nataru.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5334940/original/026976700_1756783195-unnamed__6_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5347525/original/083062600_1757675276-SnapInsta.to_543107841_18526684450015278_5485787036975048528_n.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1754987/original/026621500_1509348143-20171030-Vietnam-Adit1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5328382/original/010765100_1756214097-Labyrinth_Dome_-_Bali_Mystic.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5360651/original/024353600_1758712937-SnapInsta.to_549127995_18051123983556714_494170281947543192_n.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5371768/original/035487700_1759720376-2024-04-09.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5350664/original/027185300_1758004811-Screenshot_2025-09-16_133834.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4544161/original/099781700_1692463898-WhatsApp_Image_2023-08-19_at_10.23.31_PM.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5352627/original/038329600_1758105491-unnamed__30___1_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5348639/original/004944200_1757841924-Screenshot_2025-09-14_162436.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4666692/original/077105500_1701178010-IMG_5526.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4918754/original/030969800_1723694238-cimahi.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,45,600,0)/kly-media-production/medias/5405283/original/043379500_1762433088-Rinanda_Aprillya_Maharani__3_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5331612/original/076081900_1756442849-Screenshot_2025-08-29_114524.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5363725/original/098536500_1758960184-unnamed__35_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5355547/original/062886800_1758342840-Poster___Apple_Artwork_-_VOS_Jalinan_Terlarang_-_Poster_PertamaLandscape.jpg)