Protes Besar di Yunani, Pekerja Pariwisata Tuntut Upah dan Jam Kerja yang Adil

1 month ago 15

Liputan6.com, Jakarta - Di tengah gemuruh ombak Laut Aegea dan pesona arsitektur kuno yang menarik jutaan wisatawan setiap tahun, terdapat ketidakpuasan yang mendalam di antara para pekerja di sektor pariwisata Yunani. Pekan ini, mereka berencana menggelar protes besar-besaran menuntut perbaikan upah dan kondisi kerja yang lebih manusiawi.

Mengutip dari laman Euro News, Selasa (22/10/2024), serikat pekerja, yang dipimpin oleh Federasi Karyawan Pariwisata Yunani, menyuarakan keprihatinan mereka terhadap kondisi kerja yang semakin memburuk. "Kami meminta kenaikan sebesar 12 persen untuk dua tahun ke depan, yaitu 6 persen untuk setiap tahun. Kami juga meminta pada tahun 2024 agar minggu kerja 5 hari/40 jam juga diterapkan kepada kami," jelas Giorgos Hotzoglou, Presiden Federasi tersebut.

Ia menekankan bahwa upah saat ini tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup, terutama dengan inflasi yang terus meningkat. Para pekerja mengungkapkan bahwa mereka berada di titik puncak, sering kali harus bekerja dalam jam kerja yang panjang dengan upah yang rendah.

Kondisi ini diperburuk oleh kurangnya tenaga kerja yang cukup untuk menangani lonjakan jumlah wisatawan. Sebagai upaya untuk menyampaikan pesan mereka, para pekerja berencana untuk membagikan selebaran kepada turis di bandara, pelabuhan, dan situs arkeologi utama, menjelaskan situasi yang mereka hadapi.

Sementara itu, survei terbaru oleh PwC menunjukkan bahwa ada peningkatan jumlah turis yang datang ke Yunani tahun ini. Namun pertumbuhan sektor pariwisata negara tersebut tidak secepat negara-negara Mediterania lainnya.  

Membandingkan dengan Negara Balkan Lainnya

Negara-negara Mediterania dan Balkan secara keseluruhan meningkatkan pangsa pasar pariwisata internasional mereka, yang berarti bahwa wisatawan lebih memilih wilayah ini untuk liburan mereka. "Melihat negara kami, dibandingkan dengan negara-negara lain, tampaknya pangsa kami tumbuh, tetapi tidak pada kecepatan yang sama," jelas Leonidas Papaioannou, mitra di PwC Yunani.

Pejabat pariwisata Yunani, sementara itu, menekankan bahwa negara ini memiliki lebih banyak hal untuk ditawarkan selain Santorini yang ikonik. Alexandros Thanou, Direktur Konfederasi Pariwisata Yunani (SETE), menyoroti pentingnya diversifikasi pengalaman wisata.

"Kita perlu menawarkan pengalaman yang melampaui konsep 'matahari dan laut' tradisional, yang saat ini kita kuasai sebagai merek internasional. Kita juga perlu meningkatkan infrastruktur dan sumber daya manusia kita," katanya.

Yunani berkomitmen untuk mempromosikan pariwisata berkelanjutan dan mengatasi dampak lingkungan dari perjalanan. Memperpanjang musim perjalanan hingga musim gugur dan musim dingin serta mempromosikan keindahan pegunungan Yunani merupakan salah satu tujuan utama industri pariwisata selama beberapa tahun mendatang. 

Overtourism di Yunani Berimbas Penerapan Pajak Wisata

Yunani adalah salah satu tujuan liburan favorit dunia. Negara ini tidak hanya memiliki pantai yang indah, namun juga pulau yang memukau, dan makanan lezat, serta cuacanya sangat bagus.

Kreta, Mykonos, Athena, dan Santorini merupakan beberapa tempat wisata di Yunani yang selalu dikunjungi wisatawan. Namun, Anda yang berencana pergi ke tempat tersebut mungkin akan berpikir dua kali karena akan ada pajak wisata. 

Mengutip dari laman Express, Rabu, 18 September 2024, Yunani serta banyak tujuan wisata lainnya, yang belakangan ini menjadi berita, sedang kewalahan menghadapi banyaknya wisatawan yang berkunjung setiap tahun. Hal ini menyebabkan pemerintah setempat mengumumkan kebijakan supaya menghentikan overtourism dan mengurangi jumlah turis yang berkunjung selama musim liburan.

Kebijakan ini mengharuskan mereka yang bepergian ke Santorini dan Mykonos membayar biaya itu saat mereka tiba khususnya dengan kapal pesiar. Turis bakal dikenai pajak sebesar 20 Euro atau setara Rp340 ribu.

Perekonomian Yunani Bergantung Pariwisata

Disebutkan bahwa perekonomian Yunani sangat bergantung pada pariwisata dengan industri yang menghasilkan pendapatan sebesar 20 miliar Euro atau sekitar Rp340 triliun pada tahun 2023. Namun, 20 ribu penduduk yang tinggal di Santorini menginginkan jumlah wisatawan dibatasi.

Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis mengatakan kepada The Telegraph, "Yunani tak memiliki masalah pariwisata yang berlebihan secara struktural, tapi beberapa destinasinya memiliki masalah yang signifikan selama minggu atau bulan tertentu dalam setahun, yang perlu kami tangani." 

Ia menambahkan, "Pengiriman kapal pesiar telah membebani Santorini dan Mykonos dan inilah sebabnya kami melanjutkan intervensi."

Yunani mempunyai populasi 15 ribu orang, sejumlah 800 kapal pesiar yang berlabuh di sana mendatangkan sekitar 1,3 juta penumpang tahun lalu. Sementara Menurut Universitas Aegea, Santorini memiliki kapasitas wisatawan sebanyak 8.000 pengunjung per hari.

Luas Santorini hanya sekitar 76 km persegi. Prakarsa lain sedang dipertimbangkan, mencegah Santorini rusak akibat populasi wisatawan yang terlalu padat, termasuk dengan larangan pembangunan hotel baru. 

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |