Liputan6.com, Jakarta - Akses menuju Taman Nasional Taka Bonerate (TNTBR) bakal lebih mudah. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Pemprov Sulsel) bersama instansi terkait sedang mempersiapkan uji coba operasional pesawat amfibi alias seaplane.
Kepala Balai TNTBR, William Tengker, bersama stakeholder, seperti Wildlife Conservation Society (WCS), membahas rencana demo pendaratan, lepas landas, manuver, dan sandar seaplane di Dermaga Pelabuhan Utama Makassar. "Ini adalah momentum penting untuk mempercepat aksesibilitas ke Taka Bonerate tanpa mengabaikan prinsip konservasi," sebut William melalui rilis pada Lifestyle Liputan6.com, Senin (12/5/2025).
Pihaknya berharap seaplane tidak hanya jadi penghubung wisata, tapi juga mendukung pemantauan ekosistem laut dan edukasi lingkungan. Disebutkan bahwa rencana rute seaplane mencakup lintasan strategis yang menghubungkan Makassar dengan kabupaten kepulauan, seperti Selayar, Bulukumba, dan Sinjai.
Dalam sambutan tertulis Gubernur Sulsel yang dibacakan Asisten I Bidang Pemerintahan, Andi Muhammad Yasir, pihaknya bahwa seaplane akan difokuskan untuk melayani kawasan Taka Bonerate di Kepulauan Selayar. "Atol terbesar ketiga di dunia ini akan jadi gerbang internasional. Seaplane adalah solusi transportasi yang dinanti untuk mengatasi keterbatasan akses menuju destinasi wisata unggulan ini," sebutnya.
Ia berharap, persiapan ini menghasilkan rencana matang dan terkoordinasi, mengingat proyek ini vital bagi pengembangan pariwisata Sulsel. Kepala Bidang Lalu Lintas Perhubungan Laut, Libertinus, menyinggung, integrasi rute seaplane dengan ekosistem transportasi laut, seperti tol laut.
"Konektivitas ini akan mempercepat distribusi logistik sekaligus membuka akses wisata ke daerah terpencil," paparnya.
Rencana Lintasan Seaplane
Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Utama Makassar, Sahattua P Simatupang, mengatakan bahwa selama ini, kendala aksesibilitas ke Selayar dan Taka Bonerate menghambat pertumbuhan wisata. "Seaplane akan jadi terobosan untuk menjawab tantangan itu," sebut dia.
Ia mengatakan bahwa kolaborasi multisektor ini diharapkan tidak hanya memuluskan uji coba, tapi juga membuka investasi baru di sektor transportasi dan pariwisata. Dengan dukungan akademisi dan lembaga konservasi, proyek seaplane diharapkan berjalan berkelanjutan, memadukan kepentingan ekonomi dan pelestarian lingkungan.
Sementara itu, Humas Balai Taman Nasional Taka Bonerate, Asri, mengatakan, selama ini wisatawan yang ingin ke kawasan wisata tersebut biasanya naik kapal kayu dengan tarif Rp75 ribu per orang. Namun, kapal ini tidak tersedia setiap hari, sama halnya dengan kapal feri dan KM Sabuk Nusantara yang tarifnya Rp85 ribu per orang.
"Jadi kalau orang bertanya mau trip ke Taka, kami drop ke agen travel yang sudah berizin dengan kami," terangnya saat dihubungi Lifestyle Liputan6.com, Senin (12/5/2025).
Pihaknya enggan menyebut kapan waktu uji coba dan target pesawat amfibi bisa mulai mengangkut wisawatan. Harga tiketnya juga belum diungkap secara jelas.
Pulau Lantigiang Dikembangkan Jadi Destinasi Wisata Utama
Sebelumnya diberitakan, Pulau Lantigiang, yang terletak di Taman Nasional Taka Bonerate, tengah bersiap dikembangkan sebagai destinasi wisata utama setelah Pulau Tinabo. Pulau yang berada di gugusan Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan ini menawarkan keindahan alam yang luar biasa, mulai dari pasir putih nan lembut hingga air laut yang jernih.
Terumbu karang yang indah di sekitar pulau ini juga jadi daya tarik bagi para penggemar snorkeling. Keindahan Pulau Latigiang tidak hanya terletak pada pantainya yang menawan, tapi juga pemandangan matahari terbit dan terbenam yang memukau.
"(Pulau) Lantigiang akan dikembangkan sebagai destinasi utama setelah Pulau Tinabo," ungkap Humas Taman Nasional Taka Bonerate, Asri, melalui DM pada Lifestyle Liputan6.com, Kamis, 10 April 2025.
Pengembangannya antara lain terkait sistem pembelian tiket dan pembayaran non-tunai yang mulai diterapkan di kawasan Taman Nasional Taka Bonerate. Sebagai pendahulu, Pulau Tinabo sudah jauh lebih maju, bahkan memiliki kafe mini yang dikelola masyarakat lokal untuk mengakomodir wisatawan.
SOP Wisata Berkelanjutan
"Wisatanya mau comcern ke pemberdayaan masayarakat," katanya lagi, sambil mengatakan bahwa kini pihak taman nasional hanya tinggal melakukan pengawasan.
Lokasi Pulau Lantigiang yang strategis diketahui begitu dekat dengan spot diving terkenal Jinato Wall Paradise. Hal ini semakin menambah daya tarik pulau ini sebagai tujuan wisata yang menjanjikan. Namun, penting untuk diingat bahwa Pulau Latigiang merupakan bagian dari Taman Nasional Taka Bonerate, sebuah kawasan konservasi yang dilindungi hukum.
Lebih jauh, Asri menyebut bahwa sebenarnya Pulau Lantigiang sudah lama diprioritaskan, tapi fasilitas di sana selalu rusak akibat kondisi pulau yang berubah-ubah. "Pulau Lantigiang ini memang Zona Pemanfaatan, sama dengan Pulau Tinabo, namun di Lantigiang tidak ada ruang usaha," ungkapnya.
Karena itu, pengembangan wisata di pulau ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan berkelanjutan. Aspek pelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat sekitar harus jadi prioritas utama dalam setiap rencana pengembangan.
"Kami ada SOP pengunjung, ada breafing sebelum melakukan aktivitas," kata Asri sambil menambahkan bahwa agen perjalanan wisata yang mereka miliki juga sudah berizin dan diklaim patuh aturan.