Napas Solidaritas di Antara Puing Runtuhan Bangunan Ponpes Al-Khoziny Sidoarjo

6 days ago 19

Liputan6.com, Jakarta Setiap hari, banyak orang lalu lalang di antara puing-puing bangunan musala ponpes Al-Khoziny yang runtuh. Sudah lima hari, para relawan menjaga denyut kehidupan dan kemanusiaan di halaman pondok pesantren Al-Khoziny di Buduran, Sidoarjo.

Di balik tenda-tenda darurat yang berdiri di halaman, aroma nasi hangat bercampur sayur tersaji setiap hari. Ada sekelompok kaum Ibu yang tak pernah tersorot kamera. Mereka bagian tak terpisahkan dari aksi kemanusiaan para relawan. Mereka sudah sibuk sejak pagi hari. Setiap hari, mereka menanak nasi. Ada yang meracik sayur, mengaduk panci-panci besar. Mereka menyuguhkan makanan untuk energi tim SAR yang berjuang di garda depan.

“Kami capek-capek, pegel semua, tapi tetap harus masak. Kasihan kalau ada yang nggak kebagian makan,” ujar seorang relawan, Nanik, Jumat (3/10/2025).

Dapur Umum

Dari dapur umum, ada sekitar 20 orang ibu-ibu yang setiap hari bergantian memasak. Mereka yang memastikan ratusan orang Tim SAR dan perawat kenyang selama berada di posko darurat. Senyum mereka tulus di antara tangan-tangan cekatan. 

“Mulai Senin malam, kami membuka dapur umum lapangan Taruna Siaga Bencana (Tagana). Fungsinya untuk melayani konsumsi bagi para evakuator, keluarga korban yang menunggu kabar, juga santri dan masyarakat sekitar. Kami memasak 4.500 porsi setiap hari, dalam tiga tahap: pagi, siang, dan malam,” ujar Kadinsos Jatim, Restu Novi Widiani, Jumat (3/10).

Tidak ada perbedaan siapa yang berhak makan di tenda itu. Santri, keluarga korban, bahkan tim medis dan media pun dipersilakan. Semua duduk sama rata di hadapan nasi, lauk, dan buah yang dibagikan.

“Menu khusus jelas ada. Tidak boleh pedas, harus mudah dicerna, dan sesuai arahan Ibu Gubernur, setiap makanan dipisah dengan tin wall agar higienis. Bagi tim evakuasi, ada tambahan buah dan minuman penambah energi. Mereka bekerja berat, tenaganya harus dijaga,” ucap Novi.

Bangunan musala berlantai empat di kompleks pesantren tersebut tiba-tiba ambruk sekitar pukul 15.35 WIB, saat ratusan santri sedang khusyuk melaksanakan salat Ashar berjemaah. Insiden ini menyebabkan kepanikan luar biasa dan menelan korban jiwa serta...

Krisis Center: Tempat Harapan Digantungkan

Selain dapur umum, dari kejauhan berdiri krisis center. Dari sinilah semua data korban tersusun. Mulai dari siapa yang berhasil dievakuasi, siapa yang dirawat, hingga siapa yang meninggal. Setiap kabar yang datang, seberat apa pun, disampaikan dengan hati-hati.

Di ruang krisis itu, rasa harap dan cemas keluarga korban bertemu dalam satu ruang tunggu. Sebagian menangis, sebagian terdiam dengan wajah tegang menunggu nama-nama dipanggil.

“Kami link langsung dengan Basarnas dan Pemkab Sidoarjo. Data harus akurat. Ini penting agar keluarga mendapat kepastian, meski kadang yang didengar justru kabar paling pahit,” ujar Novi.

Trauma Center: Menjaga Jiwa yang Terguncang

Bagi mereka yang ditinggal selamanya, luka batin seringkali lebih dalam dari luka fisik. Maka berdirilah trauma center, tempat keluarga korban, terutama anak-anak, mendapat pendampingan psikososial.

“Banyak yang histeris, ada juga anak-anak yang ketakutan. Dukungan psikologis ini penting agar mereka tetap terkontrol jiwanya. Tim kami terdiri dari pekerja sosial terlatih. Kami tidak hanya mendampingi keluarga korban, tapi juga anak-anak yang ikut berada di lokasi,” ucap Novi.

Pendampingan ini berlangsung terus, dari hari ke hari, karena duka tidak selesai dalam semalam. Satu kalimat sederhana dari relawan psikososial bisa berarti pijakan bagi hati yang sedang retak.

Relawan dan Vitamin: Energi di Balik Senyum

Di balik semua layanan itu, ada pasukan sunyi yang menjaga mesin kemanusiaan tetap menyala, para relawan. Ada 75 orang setiap hari, terbagi dalam dua sif. Yakni pagi hingga malam. Lalu malam hingga pagi berikutnya. Dari Tagana, Pramuka, Fatayat, alumni santri, hingga masyarakat biasa, mereka datang bergantian, tanpa pamrih.

Tapi tubuh manusia ada batasnya. Rasa lelah, pegal, bahkan tensi darah yang naik kerap melanda. “Mereka ini masak ratusan porsi, bahkan ribuan. Wajar kalau kelelahan,” ujar Novi.

Di sinilah kejutan datang. Seorang anggota DPRD Jawa Timur, dr. Benjamin, yang juga mitra kerja Komisi E, hadir memberikan dukungan berbeda, suntikan vitamin C.

“kata dr Benjamin, daripada mereka minum obat, dia bawa tim medis untuk memberi vitamin langsung. Baru kali ini saya melihat ada dukungan seperti ini untuk relawan. Luar biasa,” ucap Novi.

Simfoni Kemanusiaan

Di lokasi bencana, setiap peran menjadi nada dalam sebuah simfoni kemanusiaan. Dapur umum dengan panci-panci besar adalah irama dasar, krisis center yang penuh data dan doa menjadi alunan yang menggetarkan, trauma center yang menjaga jiwa adalah senandung penguat; sementara suntikan vitamin adalah nada kecil yang menjaga tempo agar tak patah.

Di balik duka, ada pelukan. Di balik air mata, ada tenaga yang terus mengalir. Tragedi ambruknya musala Ponpes Al-Khoziny mengajarkan satu hal bahwa bencana memang bisa merobohkan bangunan, tapi tidak akan pernah meruntuhkan solidaritas manusia.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |