Kronologi Jeep Wisata Diduga Masuk ke Lokasi Terdampak Erupsi Gunung Semeru di Masa Tanggap Darurat

Liputan6.com, Jakarta - Video memperlihatkan relawan memperingatkan warga meninggalkan lokasi terdampak erupsi Gunung Semeru viral di media sosial. Klip singkat itu juga memperlihatkan jeep wisata masuk ke area tersebut.

Pada Lifestyle Liputan6.com, pemilik akun TikTok @drd_adventure_rescue mengatakan, Selasa (25/11/2025), "Itu bukan saya langsung yang merekam, tapi teman relawan yang kebetulan ada di pos pantau (Desa) Supit Urang pada Minggu sore (23 November 2025)."

Pengunggah video itu adalah Dwie Derek, seorang relawan Community of Rapid Response Emergency. "Sebenarnya dari Kamis (20 November 2025) sudah ada warga yang memang pemilik rumah-rumah rusak itu masuk (ke lokasi terdampak erupsi Gunung Semeru), berusaha mencari sisa barang-barang mereka di runtuhan rumah."

"Itu sebenarnya sudah ada larangan, karena selama masa tanggap darurat (yang kini diperpanjang hingga 2 Desember 2025) tidak boleh ada warga yang masuk ke lokasi terdampak erupsi Semeru," ia menambahkan. "Tapi kami relawan yang notabene bukan warga sini tidak bisa melarang juga (penduduk lokal yang mencari sisa-sisa barang)."

Jeep wisata, sebut Dwie, mulai masuk pada Sabtu, 22 November 2025, untuk mengangkut sisa barang-barang warga setempat. "Evakuasi barang-barang yang juga dibantu relawan," ujarnya.

Berlanjut hingga Minggu, 23 November 2025, jeep wisata yang ditumpangi warga lokal tetap masuk untuk mengevakuasi barang-barang mereka yang tersisa. "Penjagaan sudah dilakukan, bahkan diperketat, tapi kalau bilangnya mau evakuasi barang, tetap dikasih lewat. Selain, memang banyak jalan tembus yang tidak diketahui relawan," bebernya.

Dwie melanjutkan, "Tapi di hari Minggu itu, kami perhatikan, isinya jeep-jeep wisata ini orang berpakaian rapi. Saya tidak menyebut (jeep wisata) itu disewa (wisatawan), karena saya memang tidak bertanya langsung, tapi itulah yang kami lihat."

Para relawan, sebut dia, melaporkan kejadian itu posko induk, hingga akhirnya pada Senin, 24 November 2025, penjagaan kian diperketat. Gunung Semeru erupsi sebanyak delapan kali sejak pukul 00.20 hingga 05.33 WIB, Selasa (25/11/2025), dengan tinggi letusan mencapai satu kilometer di atas puncak.

Kanal Regional Liputan6.com melansir dari Antara, Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Liswanto, mengatakan, "Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas sedang ke arah utara." Gunung Semeru masih berstatus Level IV atau Awas.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memperingatkan bahwa masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan sejauh 20 kilometer dari puncak Gunung Semeru. Di luar jarak tersebut, kata Liswanto, masyarakat diminta menjauhi sempadan sungai minimal 500 meter.

Pasalnya, ada potensi awan panas dan lahar. Masyarakat juga diminta tidak beraktivitas dalam radius delapan kilometer dari kawah Gunung Semeru, mengingat potensi bahaya lontaran batu pijar.

Selain itu, kewaspadaan perlu ditingkatkan terhadap potensi awan panas guguran, aliran lava, dan lahar di sepanjang sungai berhulu puncak Semeru, terutama Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, Besuk Sat, serta sungai-sungai kecil yang menjadi anak alirannya.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah melarang warga berwisata di kawasan terdampak erupsi Gunung Semeru. "Saya meminta pemerintah daerah memasang banner larangan wisata di wilayah terdampak, agar masyarakat tetap aman dan fokus pada pemulihan dan bantuan yang sedang berlangsung," kata Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB Raditya Jati, lapor kanal News Liputan6.com.

Dia mengatakan, larangan itu menindaklanjuti banyak warga yang datang untuk melihat dampak bencana erupsi Semeru.  Langkah tersebut, sambungnya, membantu memastikan zona terdampak bencana Semeru tetap terkendali dan layanan pengungsi berjalan lancar.

BNPB menekankan pentingnya informasi yang akurat dan tertata dalam penanganan erupsi Gunung Semeru. Ia menyoroti pentingnya penguatan media center untuk memastikan informasi publik tersampaikan secara jelas, cepat, dan akurat. "Informasi yang valid membantu semua pihak tetap terkoordinasi dan mendukung pelayanan pengungsi secara optimal," katanya.