Kisah Kemanusiaan di Sekitar Proses Penyelamatan Korban Runtuhan Bangunan Pesantren Al-Khoziny Sidoarjo

6 days ago 27

Liputan6.com, Jakarta Proses penyelamatan, evakuasi korban runtuhan bangunan ponpes Al-Khoziny di Buduran, Sidoarjo, memasuki hari kelima. Dari hari ke hari, jalan kemanusiaan itu terlihat di depan mata. Banyak orang terlibat dalam misi kemanusiaan, dengan hal sederhana yang bisa mereka lakukan.

Ada sekelompok kaum Ibu yang tak pernah tersorot kamera. Mereka bagian tak terpisahkan dari aksi kemanusiaan para relawan. Mereka sudah sibuk sejak pagi hari. Setiap hari, mereka menanak nasi. Ada yang meracik sayur, mengaduk panci-panci besar. Mereka menyuguhkan makanan untuk energi tim SAR yang berjuang di garda depan.

Dari dapur, ada sekitar 20 orang ibu-ibu yang setiap hari bergantian memasak. Mereka yang memastikan ratusan orang Tim SAR dan perawat kenyang selama berada di posko darurat. Senyum mereka tulus di antara tangan-tangan cekatan. Namun rasa lelah tak bisa disembunyikan. Pelan-pelan mulai menyeruak.

“Kami capek-capek, pegel semua, tapi tetap harus masak. Kasihan kalau ada yang nggak kebagian makan,” ujar seorang relawan, Nanik, Jumat (3/10).

Vitamin untuk Relawan

Keluhan sederhana itu akhirnya sampai juga ke telinga sejumlah pihak. Jalan kemanusiaan berlanjut. Rombongan dari Kesirah atau Kesehatan Indonesia Raya datang membawa dukungan berbeda, bukan beras, bukan lauk, melainkan suntikan vitamin dan obat-obatan.

“Kalau korban dan keluarga korban insyaAllah sudah cukup banyak yang membantu. Tapi relawan, terutama ibu-ibu yang masak, jarang ada yang ingat. Mereka ini juga butuh dijaga kesehatannya,” ujar dr Benjamin Kristianto, anggota komisi E DPRD Jatim.

Sebanyak 100 ampul vitamin disiapkan. Sasarannya para relawan dapur umum, petugas gotong royong, hingga pekerja lapangan yang tak pernah mengenal lelah.

Bagi para relawan, bantuan itu bukan sekadar cairan dalam botol kecil. Ada penghargaan yang terasa: bahwa jerih payah mereka dilihat, bahwa keringat mereka tak diabaikan.

“Kita harus hargai mereka. Mereka rela meninggalkan keluarga, datang ke sini, membantu tanpa pamrih. Itu luar biasa,” ujar Benjamin.

Seperti halnya doa dan makanan, vitamin itu adalah penguat. Penguat tubuh yang lelah, sekaligus penguat hati yang mulai surut oleh letih.

Tim SAR tak Berhenti Bekerja

Di balik reruntuhan dan kabar duka, ada denyut kehidupan yang terus berusaha dijaga.Tim SAR gabungan setiap hari berkejaran dengan waktu menyelamatkan nyawa santri yang tertimbun runtuhan bangunan. Berbagai upaya tim SAR Gabungan untuk mengevakuasi korban yang kemungkinan masih selamat terus dilakukan. 

Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Surabaya, Laksita Rini Sevriani, yang masuk dalam tim SAR Gabungan, menceritakan betapa sulitnya kondisi di lokasi. Tim harus menghadapi medan reruntuhan yang sempit dan berbahaya. Laksita Rini menceritakan bagaimana proses evakuasi dramatis beberapa santri Ponpes Al-Khoziny yang berhasil diselamatkan, yakni Yusuf, Haical, dan Deni. Meskipun celah reruntuhan sangat kecil, jeritan anak-anak berhasil terpantau oleh tim.

Cerita yang tak jauh berbeda disampaikan Direktur Operasi Basarnas sekaligus SAR Mission Coordinator (SMC), Laksamana Pertama TNI Yudhi Bramantyo yang masuk dalam tim SAR Gabungan. Yudhi menceritakan, timnya bahkan harus merayap dan tengkurap berjam-jam untuk mengevakuasi korban yang berada di Site 1.

"Medan sangat sulit. Galian hanya berdiameter 60 cm dan kedalaman 80 cm, sehingga personel harus merayap bahkan tengkurap berjam-jam untuk mencapai korban," imbuh Yudhi pada Kamis (2/10/2025).

Bau debu dari beton yang dihancurkan, bercampur keringat para relawan memenuhi udara sekitar reruntuhan. Setiap suara teriakan yang terdengar dan ketukan palu tim SAR menjadi tanda harapan bagi keluarga yang menunggu di balik tenda darurat.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |