Kemitraan Vokasi Kimia Hijau ASEAN-Tiongkok Diluncurkan di Jakarta

Liputan6.com, Jakarta - Rapat perdana Aliansi Industri Pendidikan Kimia Hijau China–ASEAN bersama Institut Teknologi Yangon Indonesia dan cabang petrokimianya resmi diselenggarakan di Jakarta.

Kegiatan ini dihadiri perwakilan pemerintah, universitas, asosiasi industri, serta perusahaan dari Tiongkok dan Indonesia, menandai babak baru kerja sama pendidikan vokasi dan teknologi hijau antara kedua negara.

Dewan Kehormatan dan Penasehat Perhimpunan Persahabatan Indonesia–Tiongkok (PPIT), Rahmat Soekasah, menyambut positif pendirian aliansi dan pembukaan Sekolah Tinggi Teknologi Teknik Petrokimia Luar Negeri. Menurutnya, inisiatif ini bukan sekadar kolaborasi akademik dan industri, melainkan langkah strategis membangun masa depan pendidikan dan teknologi berkelanjutan di kawasan.

“Ini merupakan perwujudan visi bersama kita dalam membangun masa depan di mana pendidikan, teknologi, dan industri bergerak selaras untuk mewujudkan keberlanjutan dan inovasi,” ujar Rachmat dalam keterangannya.

Ia menambahkan bahwa pendirian institusi pendidikan luar negeri ini menjadi investasi besar untuk pengembangan SDM, sekaligus memperluas kerja sama Indonesia–Tiongkok.

“Atas nama PPIT, saya menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Jiangsu Chamber of Commerce dan Universitas Muhammadiyah atas terselenggaranya acara penting ini.” ujarnya.

Sebagai salah satu pencapaian kerja sama vokasi, Luban Workshop Indonesia (Universitas Muhammadiyah Jakarta) yang dikelola Yangzhou Industrial Vocational Technical College ditetapkan sebagai proyek nasional pada Januari 2024. Program tersebut mencakup pusat manufaktur cerdas, pusat riset vokasi, pelatihan guru, basis pelatihan perusahaan luar negeri, hingga perpustakaan digital.

Lebih dari 300 mahasiswa Indonesia telah dilatih menjadi tenaga terampil kompeten dan berbahasa Mandarin, serta 16.000 lebih peserta dari institusi mitra dan dunia industri telah menerima pelatihan tambahan.

Penasehat Bidang Pendidikan Kedutaan Besar Tiongkok di Indonesia, Chen Wu, menyatakan bahwa pembentukan aliansi merupakan langkah penting yang menjawab kebutuhan pembangunan hijau di Indonesia. Ia menekankan perlunya kerja sama vokasi yang lebih sistematis dan berorientasi standar bersama.

Penasehat Bidang Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar Indonesia di Tiongkok, DR.Yudil Chatim, menilai pendirian aliansi serta cabang petrokimia Institut Teknologi Yangon Indonesia sebagai bukti bahwa kerja sama vokasi kedua negara semakin profesional dan relevan dengan kebutuhan industri.

Wakil Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta, Prof Teria, turut menyampaikan dukungan terhadap perkembangan industri kimia hijau yang selaras dengan pembaruan pendidikan vokasi.

Dalam konferensi tersebut, turut diluncurkan Inisiatif Pembentukan Aliansi Industri-Pendidikan Kimia Hijau China–ASEAN serta peresmian Institut Teknologi Yangzhou Indonesia dan Cabang Petrokimianya. Lembaga ini mengadopsi model inovatif “pendidikan berbasis kawasan industri”, bekerja sama dengan Yangzhou Industrial Vocational Technical College, Kamar Dagang Jiangsu Indonesia, dan sejumlah kawasan industri seperti Wippu.

Model pendidikan ini menerapkan skema 2+1+1, yakni dua tahun pertama mahasiswa menempuh studi dasar di Indonesia, dilanjutkan satu tahun pelatihan bersama dosen dari Tiongkok dan mentor dari industri. Pada tahun keempat, mahasiswa menjalani magang di berbagai perusahaan Tiongkok yang beroperasi di Indonesia. Mahasiswa yang menunjukkan kinerja terbaik akan mendapatkan prioritas untuk direkrut langsung oleh perusahaan mitra, sehingga menciptakan alur yang terintegrasi antara studi, pelatihan, dan dunia kerja.

Presiden Kamar Dagang Jiangsu di Indonesia, Guo Jiehong, menegaskan bahwa perusahaan-perusahaan Tiongkok di Indonesia membutuhkan tenaga teknis terampil yang sesuai standar industri lokal. Karena itu, kerja sama ini menjadi solusi langsung untuk memperkuat efisiensi dan lokalisasi tenaga kerja.

Perwakilan Conch Cement Indonesia, Wang Haiqing, menyatakan bahwa sejak 2016 perusahaan aktif dalam penyusunan kurikulum serta pembangunan basis pelatihan. Model kolaborasi sekolah–industri dinilai memberikan manfaat timbal balik bagi dunia usaha dan mahasiswa.

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta, Rifki Saputra, menyampaikan antusiasmenya.“Kami tidak hanya mempelajari keterampilan teknis yang kuat, tetapi juga melihat lebih jelas prospek luas industri kimia hijau. Saya sangat percaya diri dengan masa depan karier saya.”

Sekretaris Partai Institut Teknologi Yangzhou, Ni Yonghong, menegaskan komitmen pihaknya untuk memperdalam kolaborasi dan mencetak lebih banyak tenaga teknis berkualitas tinggi bagi kedua negara