Ide Menyulap Poskamling Terbengkalai Jadi Pusat Mitigasi Bencana Kebakaran, Sasar Pemukiman Padat Penduduk

Liputan6.com, Jakarta - Bukan rahasia lagi bila risiko bencana kebakaran semakin tinggi di pemukiman padat penduduk. Di sisi lain, banyak poskamling dibiarkan tak terurus. Padahal, dari pos tersebut, upaya mitigasi bencana kebakaran, juga kebanjiran, bisa diperkuat warga.

Hal itu yang melatari empat desainer lintas sektor, yakni arsitek, desain komunikasi visual, desain produk, dan desain interior, yang tergabung dalam UD. Makmur, merancang konsep Pos Temu, singkatan dari Titik Evakuasi dan Mitigasi Utama. Konsep itu baru saja memenangkan Ekraf Design Awards 2025 untuk kategori Kolaborasi Multi Disiplin Terbaik. Ide didapat setelah mereka mendatangi sejumlah pemukiman padat penduduk, khususnya di Dukuh Atas dan Kebon Melati.

"Kami melihat bahwa pos-poskamling warga itu terbengkalai, kosong aja, enggak ada aktivasi, enggak kegiatan apapun, Padahal, itu menurut kami penting bagi warga karena kawasan padat penduduk di Jakarta itu rentan terhadap bencana kebakaran. Kami ada data terkait itu," kata Sagaria Arinal Haq, desainer interior, mewakili UD. Makmur, kepada Lifestyle Liputan6.com, Kamis, 4 Desember 2025.

Pos Temu dirancang sebagai tempat aktivasi warga lewat tiga poin utama. Pertama adalah menjadi pusat mitigasi bencana, pusat aktivasi sanitasi berwujud MCK, dan pusat aktivasi sosial seperti warung maupun area untuk warga nongkrong.

Elemen sanitasi dimasukkan dalam rancangan mengingat banyak perkampungan padat penduduk di Jakarta kesulitan mengakses sarana sanitasi dan air bersih, padahal itu penting. "Mungkin nanti akan diaplikasikan di luar Jakarta juga," ujarnya.

Terkait aktivasi sosial, Sagaria dan tim menilai perlu agar poskamling tidak hanya didatangi segelintir orang, tetapi seluruh elemen, baik tua maupun muda. Warung atau tempat jualan makanan bisa jadi pembuka agar suasana santai terbangun. Pihaknya bahkan menyiapkan buku panduan yang salah satunya berisi penjelasan terkait memonetisasi poskamling naik kelas itu.

"Ini ada harga-harga untuk panduan juga waga menjual di warungnya. Bagaiama mereka dapat sistem bagi hasilnya nanti," ujarnya.

Saat warga berkumpul, momen itu bisa dimanfaatkan untuk mengedukasi warga tentang antisipasi bencana kebakaran, atau bencana lain, yang rentan menimpa warga. Bentuknya tidak semata penyuluhan, tetapi juga bisa lewat permainan. Pihaknya bahkan sudah merancang semacam kartu gaple tetapi isinya berkaitan tentang mitigasi bencana.

"Jadi nanti, warga bisa main permainan ini sekaligus juga belajar untuk bagaimana memitigasi bencana. Saat ini yang sudah ada bencana banjir dan kebakaran," katanya lagi.

Sagaria dan kawan-kawannya juga sudah menyiapkan strategi agar konsep itu mau diadopsi warga. Tentu, dimulai dari para tetua kampung, seperti Ketua RT/Ketua RW. "Nanti mungkin kami juga bisa bekerja sama dengan pemerintah untuk bisa masuk lebih lagi ke masing-masing warga," katanya.

"Tentunya kami menawarkannya juga tidak langsung spontan gitu ya. Perlahan, memberitahu bahwa niat kami, tujuan kami adalah untuk membantu mereka memitigasi bencana yang ada di lingkungan mereka agar mereka lebih aware," ujarnya.

Tiga poin itu juga tidak harus diadopsi seluruhnya, tapi bisa disesuaikan dengan ketersediaan lahan dan fasilitas yang ada. Misalnya, warung sudah ada, MCK sudah ada, berarti hanya perlu area mitigasi bencana. 

"Di dalam buku panduan ada sangat lengkap. Sudah disertakan juga desain-desainnya dan sampai ke edukasi warga. Di gang-gangnya juga ada petunjuk menaruh signage-signage untuk menuju ke pos titik temunya," sambung dia. 

"Kami berusaha untuk bisa membantu mereka sebenarnya, bagaimana bisa mengupayakan poskamling itu sangat terbuka, sangat aktif," pungkas Sagaria.

Sebelumnya, Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenekraf) menggelar Ekraf Design Awards 2025. Ajang perdana yang menggabungkan empat subsektor desain -desain produk, desain komunikasi visual, arsitek, dan desain interior- itu menjadi wadah untuk menciptakan kolaborasi lintas bidang sekaligus memburu talenta lokal yang bisa bersaing di tingkat nasional, bahkan internasional.

Apresiasi itu merupakan puncak acara Ekraf Design Festival (EDF) 2025 yang berlangsung di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta yang berlangsung pada 2--4 Desember 2025. Dimulai dari proses open call, panitia mendapatkan 97 pendaftar yang terdiri dari 12 arsitek, 19 desainer interior, 25 desainer produk, dan 41 desainer komunikasi visual. Lewat serangkaian tahapan, dewan juri kemudian mengumumkan sejumlah pemenang, terdiri dari:

1. Desainer Terbaik Subsektor Arsitektur: Muhammad Alim Hanafi

2. Desainer Terbaik Subsektor Desain Interior: Dendy Revolusi

3. Desainer Terbaik Subsektor Desain Komunikasi Visual: Mochammad Rizky Candias

4. Desainer Terbaik Subsektor Desain Produk: Heri Supriyanto

5. Konsep Dampak Ekonomi Terbaik: Drift Design Lab (Judul Karya: Lerai)

6. Konsep Dampak Sosial Terbaik: Studio A (Judul Karya: Mopo)

7. Konsep Dampak Lingkungan Terbaik: Collective Circle (Judul Karya: Ka.na.mi)

8. Konsep Kolaborasi Multi Disiplin Terbaik: UD. Makmur (Judul Karya: Pos Temu)

9. Konsep Dampak Terlengkap secara umum Terbaik: Co.rela.si (Judul Karya: Penduduk)