Ekraf Design Awards 2025, Mencari Desainer Pemenang untuk Mendukung Semangat Keberlanjutan

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenekraf) baru saja menggelar Ekraf Design Awards 2025. Ajang perdana yang menggabungkan empat subsektor desain -desain produk, desain komunikasi visual, arsitek, dan desain interior- itu menjadi wadah untuk menciptakan kolaborasi lintas bidang sekaligus memburu talenta lokal yang bisa bersaing di tingkat nasional, bahkan internasional.

Apresiasi itu merupakan puncak acara Ekraf Design Festival (EDF) 2025 yang berlangsung di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta yang berlangsung pada 2--4 Desember 2025. Dimulai dari proses open call, panitia mendapatkan 97 pendaftar yang terdiri dari 12 arsitek, 19 desainer interior, 25 desainer produk, dan 41 desainer komunikasi visual. 

Mereka kemudian disaring menjadi 20 desainer terpilih yang melalui proses Design Camp dan mempresentasikan karya secara personal dan tim untuk menerjemahkan tema besar Emphatetic Resilience. Tujuan besarnya, desain yang diciptakan mendukung keberlanjutan (sustainability) lingkungan. 

"Sustainability yang kita mau push bukan hanya sustainability yang ecek-ecek atau yang sepotong-sepotong. Yang mau kita push adalah sesuai dengan arahan Bapak Presiden, hilirisasi on sustainable business. Itu juga harus kita mulai dari sekarang karena Indonesia punya potensi untuk menjadi the hub of recycling center," ujar Wakil Menteri Ekraf (Wamenekraf) Irene Umar ditemui di Jakarta, Kamis, 4 Desember 2025.

Kemenekraf menggandeng lima asosiasi profesi desain dalam proses penjurian, yakni Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Himpunan Desainer Interior Indonesia (HDII), Asosiasi Desainer Grafis Indonesia (ADGI), Aliansi Desainer Produk Industri Indonesia (ADPII), dan Asosiasi Profesional Desain Komunikasi Visual Indonesia (AIDIA).

Lewat serangkaian tahapan, dewan juri kemudian mengumumkan sejumlah pemenang. Mereka terdiri:

1. Desainer Terbaik Subsektor Arsitektur: Muhammad Alim Hanafi

2. Desainer Terbaik Subsektor Desain Interior: Dendy Revolusi

3. Desainer Terbaik Subsektor Desain Komunikasi Visual: Mochammad Rizky Candias

4. Desainer Terbaik Subsektor Desain Produk: Heri Supriyanto

5. Konsep Dampak Ekonomi Terbaik: Drift Design Lab (Judul Karya: Lerai)

6. Konsep Dampak Sosial Terbaik: Studio A (Judul Karya: Mopo)

7. Konsep Dampak Lingkungan Terbaik: Collective Circle (Judul Karya: Ka.na.mi)

8. Konsep Kolaborasi Multi Disiplin Terbaik: UD. Makmur (Judul Karya: Pos Temu)

9. Konsep Dampak Terlengkap secara umum Terbaik: Co.rela.si (Judul Karya: Penduduk)

Selanjutnya, pihaknya berencana untuk mengikutsertakan para pemenang ke sejumlah event nasional maupun internasional. Tujuannya agar karya mereka bisa dimonetisasi dan berdampak pada perekonomian.

"Kenapa harus dikomunikasikan lewat ekonomi? Karena yang namanya revenues, atau our EML itu, adalah tidak lebih dari sebuah tolok umur dari dampak yang Bapak/Ibu presentasikan," ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Irene memuji hasil karya cipta para desainer Indonesia. Ia menyatakan bahwa kreasi mereka tidak hanya estetis tetapi juga bermakna mendalam yang bisa dikisahkan sekaligus berpotensi menghasilkan pendapatan.

"Ada banyak sekali bahan-bahan daur ulang. Ada banyak sekali desain-desain yang masih mengedepankan unsur kebudayaan yang tidak bisa kita lupakan," katanya.

Ia kembali mengajak desainer Indonesia untuk kembali ke akar kebudayaan sendiri untuk memperkaya khasanah dan menemukan jati diri. Menurutnya, banyak kebudayaan yang berasal dari nenek moyang jauh lebih canggih dari saat ini meski teknologi masa kini lebih terdepan.

"Jadi sebetulnya, USP, unique selling point Indonesia itu ada di kebudayaan kita dan ada di kekayaan intelektual nenek moyang kita yang selama itu tidak pernah dipatenkan walau diterapkan sehari-hari," kata Irene.

Dalam kesempatan itu pula, Irene meminta para desainer memperluas jejaring dengan berbagai pihak. Tujuannya agar bisa memperluas sudut pandang atas karya yang dihasilkan.

"Kadang-kadang kita ngerasa kalau kita ini seperti biasa-biasa saja, tapi dari kacamata orang lain yang melihat, wow, ini luar biasa bagus. Maka dari itu, kolaborasi antar, bukan hanya lintas sektor ya, tapi antar-lintas profesi itu juga sangat dibutuhkan," ujarnya.

Lewat kolaborasi pula, ia berharap lebih banyak karya ekonomi kreatif, khususnya desain, bisa dijual dengan layak. Pasar yang disasar bukan hanya di dalam negeri, tapi juga pasar internasional..

"Nyari teman yang jago bisnis. Gaul lah dengan teman-teman yang jago jualan karena biasanya itu di ekonomi kreatif, kita melihat banyak sekali kreator-kreator yang jago-jago banget, tapi kalau disuruh jualan itu agak malu-malu, masih belum berani," imbuhnya.