Bintang Porno Bonnie Blue Ditangkap di Bali Buntut Kontroversi Tur Bangbus

Liputan6.com, Jakarta - Bintang porno, Bonnie Blue, dilaporkan telah diamankan pihak kepolisian di Bali di tengah kehebohan tur Schoolies yang digagasnya. Melansir news.com.au, Jumat, 5 Desember 2025, wanita yang memiliki nama asli Tia Billinger ini diperiksa polisi di wilayah Kuta. 

Pihak berwenang setempat mengonfirmasi bahwa sejumlah warga negara asing (WNA) tengah dimintai keterangan terkait dugaan bekerja sebagai kreator konten dan terlibat dalam aktivitas pornografi di wilayah tersebut.

Penahanan ini terjadi tidak lama setelah Blue secara terbuka membagikan seruan pada para remaja lulusan sekolah menengah Australia yang sedang berlibur di Bali. Di sebuah unggahan di media sosial, ia menyampaikan pesan yang memicu perhatian publik

"Hai anak-anak, mereka yang akan masuk sekolah, dan mereka yang hampir legal, tidak sabar untuk bertemu kalian," ujarnya, yang kemudian menambahkan, "Saya di Bali jadi Anda tahu persis apa artinya itu."

Kehadirannya jadi sorotan tajam setelah beredar rekaman dirinya mengendarai truk pikap modifikasi berwarna biru bertuliskan "Bangbus" dengan beberapa pemuda di bagian belakangnya, yang diduga melanggar norma setempat.

Selain dugaan aktivitas konten tidak pantas, Blue juga menghadapi masalah serius terkait legalitas kendaraan yang digunakan. Berdasarkan investigasi lebih lanjut yang diungkap Daily Mail, kepolisian Bali mengonfirmasi bahwa kendaraan utilitas kabin tunggal yang dijuluki "Bonnie Blue Bangbus" tidak memenuhi standar hukum jalan raya Indonesia.

Dokumen pemerintah menunjukkan bahwa kendaraan yang dibeli secara lokal tersebut sejatinya terdaftar dengan warna putih, namun telah dicat ulang jadi biru tua tanpa perubahan data resmi di surat kendaraan. Fakta lain mengungkap, pajak kendaraan tersebut telah kedaluwarsa sejak 2023. 

Ketidaksesuaian warna fisik kendaraan dengan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) merupakan pelanggaran lalu lintas yang serius di Indonesia. Pelanggaran ini dapat dikenakan denda hingga Rp 500 ribu atau hukuman kurungan penjara selama dua bulan. 

Pihak berwenang Bali sebelumnya memperingatkan akan menindak tegas perilaku turis yang melanggar aturan, dengan risiko deportasi bagi pelanggar. Pemilik wajib melakukan registrasi ulang dan inspeksi fisik di kantor samsat dengan menyertakan sertifikat bengkel pengecatan resmi agar operasional kendaraan tersebut legal kembali.

Sebelum diamankan, Blue diketahui aktif berkeliling ke berbagai pusat keramaian turis di Bali, termasuk bar-bar populer di Seminyak dan resor tempat para pelajar Australia menginap. Aktivitasnya yang mendokumentasikan interaksi dengan remaja Australia dinilai berisiko melanggar hukum moralitas di Indonesia. 

Di salah satu vlog malam harinya, ia merekam sekelompok remaja yang menumpang di belakang mobilnya. Ia terdengar bercanda dengan orangtua para remaja tersebut, mengatakan, "Ingat waktu aku bilang mau jemput anakmu? Aku nggak bohong."

Salah satu pria di video tersebut menimpali bahwa dia sedang menjadi anak baik dan hanya menikmati kehidupan di Bali. Blue juga terlihat di acara resmi Schoolies, mengenakan kalung identitas acara, minum-minum, dan berseru pada para remaja, "Anak laki-laki, pergilah ke Schoolies!"

Tindakan ini memicu kekhawatiran aparat karena ia diduga melakukan aktivitas komersial menggunakan visa turis.

Keberadaan Blue di Bali merupakan dampak langsung dari larangan masuk yang diterimanya dari pemerintah Australia. Ia dilarang masuk ke negara asalnya setelah rencana aksi Schoolies yang kontroversial memicu kemarahan publik.

Puluhan ribu warga Australia menandatangani petisi yang mendesak pemerintah menolak kedatangannya, yang berujung pada pembatalan visa turisnya oleh Departemen Dalam Negeri Australia sebelum ia sempat mendarat.

Pihak imigrasi menilai niatnya untuk membuat konten eksplisit dengan remaja 18 tahun sebagai bentuk pekerjaan ilegal yang melanggar ketentuan visa kunjungan. Pembatalan visa ini memicu larangan masuk kembali secara otomatis selama beberapa tahun.

Meskipun demikian, Blue sempat mengklaim bahwa ia telah menemukan celah hukum untuk tetap berpartisipasi. "Saya tidak ingin membocorkan terlalu banyak, tapi katakan saja, saya punya pengacara yang baik dan saya akan menjadi mahasiswa tahun ini."

Namun, upayanya kembali ke Australia gagal total, sehingga ia memutuskan tetap berada di Bali selama musim perayaan Schoolies berlangsung. Ironinya, keputusannya memindahkan operasinya ke Bali justru membawanya berhadapan dengan masalah hukum baru di yurisdiksi Indonesia.