Liputan6.com, Jakarta - Yadnya Kasada merupakan salah satu upacara adat sakral yang hingga saat ini masih dilestarikan masyarakat Suku Tengger yang tinggal di kawasan Gunung Bromo.
Upacara ini diyakini jadi jembatan spiritual antara manusia dan Sang Hyang Widhi (Tuhan), serta sebagai bentuk penghormatan pada leluhur mereka, terutama pasangan legendaris Roro Anteng dan Joko Seger. Dalam upacara ini, masyarakat Tengger mempersembahkan berbagai macam hasil bumi, ternak, bahkan sesekali sesajen lain seperti uang atau makanan ke dalam kawah Gunung Bromo.
Dirangkum dari berbagai sumber, Upacara Yadnya Kasada biasanya dilaksanakan pada hari ke-14 di bulan Kasada menurut kalender Jawa Tengger. Jadi tiap tahunnya bisa beda-beda tanggal kalau disandingkan sama kalender masehi.
Prosesi Upacara Yadnya Kasada diketahui lebih dari satu hari. Bahkan, malam sebelum puncak upacara, biasanya masyarakat Tengger berkumpul di Pura Luhur Poten yang ada di tengah lautan pasir.
Mereka melakukan doa bersama yang khusyuk dan sakral banget suasananya. Di tengah dinginnya malam Bromo yang bisa bikin tangan beku, ratusan bahkan ribuan orang berkumpul dengan pakaian adat khas Tengger sambil membawa sesaji.
Semua itu dilakukan dengan penuh keikhlasan dan rasa syukur atas berkah hidup yang udah mereka terima selama ini. Setelah doa dan ritual selesai, barulah keesokan paginya rombongan akan naik ke bibir kawah Gunung Bromo untuk melemparkan persembahan mereka.
Yang menarik, banyak orang dari luar Suku Tengger, termasuk wisatawan lokal dan mancanegara, juga ikut nimbrung buat menyaksikan upacara ini. Meskipun mereka nggak ikut langsung dalam ritualnya, tapi aura kesakralannya tetep kerasa banget.
Nggak jarang juga kita bisa lihat beberapa warga lokal berani turun ke bagian dalam kawah (tentu dengan cara yang mereka anggap aman) buat menangkap sesajen yang dilempar orang lain. Tapi tenang aja, ini bukan berarti mereka nggak menghormati ritualnya, justru dalam tradisi lokal, menangkap sesajen itu dipercaya bisa membawa berkah dan keberuntungan.
Simak Video Pilihan Ini:
Sekolah Alam MTs Pakis, Alternatif untuk Anak-anak di Lereng Gunung Slamet
Agenda Wisata
Jadi semuanya udah ada tata cara dan keyakinannya sendiri. Yang penting, semua dilakukan dengan rasa hormat dan tidak mengganggu jalannya upacara. Suasana di sekitar Bromo pun saat itu jadi luar biasa ramai, hidup, dan penuh warna budaya.
Jika dilihat lebih dalam, Yadnya Kasada bukan hanya sekedar melempar sesajen ke kawah. Tapi ini juga tentang bagaimana masyarakat Tengger menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan kekuatan spiritual.
Lewat upacara ini, mereka menunjukkan rasa terima kasih atas panen yang melimpah, keselamatan keluarga, dan kehidupan yang terus berjalan. Selain itu, ini juga jadi bentuk penghormatan terhadap leluhur mereka, karena menurut legenda, pasangan Roro Anteng dan Joko Seger pernah membuat perjanjian dengan para dewa bahwa keturunan mereka harus mengadakan persembahan tiap tahun sebagai bentuk rasa syukur.
Makanya, sampai sekarang, tradisi ini masih terus dilakukan tanpa putus. Walaupun zaman udah modern, dan anak-anak muda Tengger banyak yang kuliah ke kota atau kerja di luar daerah, saat Yadnya Kasada tiba, mereka akan pulang dan berkumpul di kampung halaman.
Bagi masyarakat yang suka budaya lokal dan ingin melihat langsung bagaimana harmoni antara manusia dan alam dijaga lewat tradisi, upacara Yadnya Kasada ini wajib masuk bucket list. Tapi inget, kalau mau datang dan menonton, sebaiknya tetap jaga sikap, jangan asal ambil foto atau bikin video tanpa izin, dan hargai aturan adat yang berlaku.
Karena di balik semua keindahan dan kemegahan upacara ini, ada nilai-nilai luhur yang dijaga dengan sepenuh hati oleh masyarakat Tengger. Upacara ini bukan cuma bagian dari masa lalu, tapi juga bagian dari masa kini dan masa depan yang terus hidup beriringan dengan alam, keyakinan, dan cinta pada warisan budaya sendiri.
Penulis: Belvana Fasya Saad