Garin Nugroho Rilis Film Bisu Berlatar Budaya Bali, Suara Gamelan dan Musik Elektronik Bakal Diputarkan Langsung Selama Ditonton

4 days ago 14

Liputan6.com, Jakarta - Sutradara senior Garin Nugroho kembali menampilkan kekayaan budaya Indonesia. Setelah beberapa tahun lalu berhasil membuat publik tercengang lewat film bisu bertajuk 'Setan Jawa' (2017), Garin kembali memperkenalkan karya serupa bertajuk 'Samsara' yang berlatar budaya Bali.

Sama seperti karya sebelumnya, Samsara yang artinya 'terlahir kembali' bakal ditampilkan dalam format panggung cine-concert di dua kota, yaitu di Yogyakarta pada 5 Desember 2024 dan di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat pada 13--15 Desember 2024. Pertunjukan serupa lebih dulu ditampilkan di Singapura dan Bali.

Jakarta dipilih sebagai kota tujuan utama untuk pertunjukan ini karena merupakan pusat seni di Indonesia dengan permintaan yang tinggi untuk menampilkan karya ini. "Kalau Yogyakarta dipilih karena selain sangat mengapresiasi berbagai macam budaya, juga seiring dengan pelaksanaan Jogja-NETPAC Asian Film Festival, di mana Samsara akan menjadi film pembuka festival tersebut," terang Produser Cine-Concert Samsara, Gita Fara dalam jumpa pers di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat, 15 November 2024.

Tiket bisa diperoleh melalui situs Tiket.com dengan berbagai kategori mulai Rp250 ribu dan sudah dijual sejak Kamis, 14 November 2024.  Menurut Gita, cine concert dari film bisu ini digadang-gadang bakal memberi impresi yang berbeda saat seseorang menikmati film. Itu karena musik dari film tersebut akan disajikan secara langsung di depan penonton, alih-alih direkam seperti film pada umumnya.

Ia menambahkan, Samsara dibuat dalam versi hibrida. Selain disajikan dalam bentuk cine concert, film ini juga hadir dalam versi cinema. Kedua format tersebut disebut juga akan memberikan nuansa berbeda saat disaksikan dari atas panggung ataupun layar bioskop.

Film yang dibintangi Ario Bayu serta penari Juliet Widyasari Burnett, diiringi alunan musik gamelan Bali dan musik elektronik. Pertunjukan musik gamelan Bali akan dipimpin oleh Wayan Sudirana, seorang komposer dan etnomusikolog yang berpengalaman. 

Menikmati Film dengan Cara Baru

Sedangkan, elemen musik elektronik akan dibawakan oleh grup musik Gabber Modus Operandi, yang terkenal dengan eksperimen musik yang menggabungkan berbagai genre termasuk elektronik dan dance. Kolaborasi ini diharapkan dapat memberikan nuansa baru dalam pertunjukan seni Indonesia yang modern.

"Samsara ini sebuah karya yang perlu diapresiasi lebih luas. Melalui Cine-Concert, karya ini menawarkan pengalaman menonton yang berbeda, sekaligus membuka ruang untuk dialog dan diskusi baru. Kami berharap penonton di Yogyakarta dan Jakarta dapat merasakan transformasi yang ditawarkan karya ini," harap Garin.

Karya Samsara yang berlatar Bali pada 1930an itu mengisahkan perjalanan seorang pria miskin yang berjuang untuk mendapatkan cinta seorang wanita dari keluarga kaya dan terpandang. Setelah lamarannya ditolak keluarga wanita, pria itu melakukan perjanjian gaib. Melalui ritual yang penuh dengan mistik, ia berusaha meraih kekayaan, namun justru membawa petaka bagi keluarganya.

Program Manager Indonesia Kaya Billy Gamaliel mengatakan, film merupakan salah satu ekspresi budaya yang dekat di hati masyarakat. Sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia, pihaknya juga mendukung pementasan cine concert Samsara agar semakin banyak publik menikmati film dengan cara baru.

Sukses Dipentaskan di Singapura

Billy berharap, pertunjukan tersebut juga dapat menjadi hiburan yang mengedukasi,karena ada banyak wawasan tradisi di dalamnya. Ditambah lagi, film juga bisa berangkat dari nilai-nilai tradisi yang diselaraskan dengan pendekatan termutakhir.

"Sejak world premiernya di Singapura sukses, Samsara ini banyak menyita perhatian publik internasional. Harapannya, cine concert ini juga bisa menarik antusiasme masyarakat, dan bisa dihelat di kota-kota lain di Indonesia atau bahkan ke negara-negara lainnya," harapnya.

Selain Garin Nugroho sebagai sutradara, produksi ini melibatkan sejumlah seniman ternama, di antaranya penari I Ketut Arini, Cok Sawitri, dan Aryani Willems, serta produser Gita Fara dan sinematografer Batara Goempar. Ario Bayu yang juga menjadi eksekutif produser dalam proyek ini, berharap Cine-Concert Samsara dapat membawa pengalaman baru bagi penonton dan memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia ke kancah internasional.

"Saya memilih Ario Bayu karena dia pernah mendalami teater semasa bersekolah di luar negeri dan pernah bergabung produksi Shakespeare yang artinya sudah mendalami teater. Kalau Brunette adalah keponakan seniman legendaris Rendra dan penari terkenal di Australia," ungkap Garin menyebut alasan memilih dua pemeran utamanya.

Awal Ramainya Turis ke Bali

Samsara, menurut Garin, berangkat dari era keemasan film-film bisu pada dekade 1930an yang dikenal sebagai 'golden era cinema'. Dia juga memadukan irisan tersebut dengan era keemasan di dunia timur, yakni wayang kulit, sebagai cerminan budaya adiluhung bangsa Indonesia.

"Selain itu, Bali pada 1930an jadi awal ramainya turisme termasuk turis asing ke Bali, yang kemudian membuat Bali menjadi pusat wisata, budaya, fesyen, makanan dan gaya hidup di masa itu, tentunya ini melahirkan perpaduan yang menarik," ujar pria kelahiran 63 tahun lalu ini.

"Kalau Anda datang ke museum-museum dunia, wayang kulit itu jadi pengantar untuk sejarah film, karena wayang kulit itu arah pakelirannya sama dengan film, masuk dari kiri, kalau keluar masuk lewat kanan lagi. Ini juga menggabungkan film bisu, wayang kulit, dan musik EDM," tuturnya.

Setelah pertunjukan di Yogyakarta dan Jakarta, Cine-Concert Samsara akan melanjutkan perjalanan internasionalnya, dimulai dengan penampilan di Perth, Australia, pada 21 Februari 2025 di Perth Festival.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |