Liputan6.com, Jakarta - Bayi bernama Agustinus Gibran Raka Tapung tinggal sementara di pos pengungsian erupsi Gunung Lewotobi, tepatnya di Desa Kobasoma, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Ia merupakan anak pasangan Katarina Kwuta (25) dan Paulus Tapun (35) yang lahir pada Rabu, 13 November 2024, sekitar pukul 01.00 Wita, di Puskesmas Lewolaga.
Melansir Antara, Sabtu (16/11/2024), bayi Gibran berada di ruang kelas dan tidur di atas kasur ditutup kelambu kecil. Ia sempat dijenguk Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka yang berkunjung ke pos pengungsian pada Kamis, 14 November 2024.
"Beneran dikasih nama Gibran? Nama belakangnya apa?" tanya Wapres Gibran, seperti dirangkum merdeka.com. "Agustinus Gibran Raka Tapung," ungkap sang ibu.
Di unggahan Instagram-nya, baru-baru ini, putra sulung Jokowi itu berbagi, "Menyambut kelahiran adik Agustinus Gibran Raka Tapung yang lahir di Pos Pengungsian Kobasoma di Desa Kobasoma, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur Nusa Tenggara Timur (NTT) Rabu kemarin."
"Adik Agustinus Gibran lahir membawa ketenangan bagi orangtua dan masyarakat sekitar. Harapan untuk generasi emas Indonesia," imbuhnya. Paulus Tapun mengaku senang dapat dikunjungi Wapres Gibran, terlebih dalam situasi yang sulit setelah terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.
"Bapak Gibran pesan jaga Gibran baik-baik," ungkap Paulus menahan haru, lapor Antara. Disebutkan bahwa Wapres mengunjungi beberapa titik posko pengungsian, termasuk Posko Pengungsian Konga, Kobasoma, Lewolaga dan Lewo Ingu.
Kata Orangtua Bayi Gibran
Ibunda bayi Gibran, Katarina, mengaku bahagia karena meski hidup di posko pengungsian, proses persalinannya berjalan lancar. "Puji Tuhan, saya diberi anak laki-laki yang sehat," ujar dia di lokasi pengungsian, Desa Kobasoma, Kecamatan Titehena, Kamis, 14 November 2024, lapor kanal Regional Liputan6.com.
Katarina mengaku, ia awalnya merasa cemas dengan kondisi kesehatan diri dan bayinya. Terlebih, setelah erupsi dahsyat Gunung Lewotobi Laki-laki pada Minggu, 5 November 2024, keluarganya terpaksa mengungsi ke Boganatar, Desa Kringa, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka.
Namun, wilayah tersebut juga terdampak erupsi, dengan hujan abu dan pasir yang turun hampir setiap hari. "Kami hidup dengan hujan abu yang setiap hari menutupi rumah kami. Saya khawatir dengan kesehatan bayi saya," kata Katarina.
Pada Senin, 11 November 2024, ia bersama keluarga dan ratusan warga lain dipindahkan ke Desa Kobasoma sebagai salah satu lokasi pengungsian terpusat. Sekitar pukul 19.00 Wita, Katarina mulai merasakan sakit pada pinggang dan segera memberitahu suaminya. Malam itu juga, Paulus membawa Katarina untuk diperiksa tenaga medis.
Setelah pemeriksaan, bidan memutuskan agar Katarina segera dirujuk ke Puskesmas Lewolaga karena sudah saatnya melahirkan. Sementara itu, Paulus mengaku telah mempersiapkan nama untuk anak ketiga mereka itu.
Area Trauma Healing
Paulus menjelaskan, pemberian nama Gibran terinspirasi dari kunjungan Wapres ke lokasi pengungsi erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki. Di Posko Lapangan Kobasoma di SDK Pukaunu, lapor kanal News Liputan6.com, Wapres menyempatkan diri mengunjungi area trauma healing untuk anak-anak, memberi mainan, dan menyapa mereka.
Salah satu anak pengungsi, Gratia dari Desa Nawokote, menyampaikan kegembiraannya menerima hadiah dari Gibran. "Dapat lego dari Pak Wapres. Nanti legonya akan dibangun bentuk rumah," ujar Gratia.
Pengungsi lain, Margareta Noba dari Nawakote, mengungkap rasa syukur atas keselamatan dan kenyamanan selama di pengungsian. Namun, ia berharap segera dapat direlokasi ke tempat lebih aman. "Puji Tuhan kami sehat, selamat. Makanan pun cukup, dan anak-anak bisa belajar di sini. Kami berharap cepat dapat tempat baru," harapnya.
Dalam rapat koordinasi usai melakukan kunjungan di Posko Pengungsian Kobasama, Wapres Gibran berpesan agar memperhatikan kelompok rentan di lokasi pengungsian erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki. "Mohon atensi khusus untuk ibu hamil, ibu menyusui, lansia, difabel, dan anak-anak," katanya, lapor kanal Regional Liputan6.com.
Pengungsi Erupsi Gunung Lewotobi
Gibran juga meminta kelompok rentan dan warga lainnya tidak terkena penyakit dalam pengungsian. "Dipastikan tidak ada penyakit-penyakit yang muncul selama masa-masa pengungsian ini," ujarnya.
Saat ini, tercatat sebanyak 13.649 pengungsi tersebar di berbagai titik pengungsian. Ada Posko Lapangan Konga (1.748 orang), Posko Bokang Wulumatang (595 orang), Posko Lewolaga (2.343 orang), Posko Duntana Lewoingu (Eputobi) (979 orang), Posko Kabupaten Sikka (3.429 orang), Posko Kobasoma (644 orang), Posko Ile Gerong (350 orang), dan Posko Pengungsian Mandiri (3.561 orang).
Menurut laporan kanal News Liputan6.com, Jumat, 15 November 2024, Menteri Sosial (Mensos) Gus Ipul mentakan bahwa saat ini, proses rehabilitasi sudah berjalan, dengan fokus pada pembangunan kembali rumah-rumah terdampak erupsi Gunung Lewotobi.
Ia menegaskan, Kementerian Sosial (Kemensos) bertanggung jawab dalam penyediaan shelter dan logistik bagi para korban. "Sampai sekarang insya Allah kebutuhan logistik aman. Pak Wamen sudah sampai sana dan mengikuti terus setiap ari perkembangannya di sana," tuturnya.
"Kerja sama semua pihak di sana sangat baik dan pemimpinnya adalah BNPB," tutupnya.