Liputan6.com, Jakarta - Nasi uduk ternasuk makanan favorit sebagian besar orang Indonesia. Makanan khas Betawi ini sering jadii pilihan utama untuk sarapan dan banyak dijual di berbagai tempat di Indonesia.
Usai momen Lebaran ini, nasi uduk kerap jadi pilihan santapan setelah bosan dengan olahan daging. Berbagai lauk pauk seperti telur hingga tempe pun menjadi pendamping dari lezatnya nasi uduk. Namun, perlu diketahui bahwa sarapan nasi uduk juga harus dibatasi. Hal ini diungkap dokter. Zaidul Akbar di kanal YouTube miliknya.
Ada pula beberapa tips mengonsumsi nasi uduk agar lebih sehat, khususnya saat sarapan. Dilansir dari kanal YouTube, dr Zaidul Akbar Official, Minggu, 6 April 2025, yang paling utama adalah jangan terlalu banyak mengonsumsi nasi uduk. Zaidul Akbar mengatakan, terlalu banyak mengonsumsi karbohidrat di pagi seperti nasi uduk, bisa membuat otak tidak fokus hingga mengantuk.
“Kalau mau badannya gak lemot, matanya gak ngantuk, nasinya jangan banyak-banyak,” kata dr Zaidul.Zaidul Akbar menambahkan, tubuh memiliki growth hormon yang muncul di malam hari. Karenanya, di pagi hari Anda disarankan untuk tidak terlalu banyak sarapan.
“Growth hormon itu adalah hormon reparasi yang bekerjanya saat tidak ada makanan (dalam tubuh). Kalau Anda mau badannya fit dan segar di pagi hari, jangan banyak makan,” ungkapnya.
Tips lainnya adalah perbanyak sayur dan protein Zaidul mengatakan, nasi uduk memiliki beragam lauk pauk yang bisa dimanfaatkan saat sarapan. Dia menjelaskan, lauk pauk ini memiliki kandungan vitamin protein seperti telur dan tempe. Karenanya, lauk pauk seperti sayur dan protein diusahakan lebih banyak dari porsi nasinya.
“Biihunnya sedikit aja, daging empalnya sedikit, tapi timunnya dibanyakin, telurnya dibanyakin, tempe juga,” katanya.
a
Menurut Zaidul , protein merupakan asupan yang dapat membuat perut kenyang lebih lama. Karenanya, asupan protein cocok dikonsumsi saat sarapan.“Carilah sarapan yang bisa membuat rasa kenyang itu lama. Paling gampang protein,” ujarnya.
Sementara itu menurut Ahli Gizi dan Nutritionist lulusan Cornell University, Muhammad Rizal SGZ MS,, nasi uduk tidak mengandung kolesterol..
"Santan yang digunakan dalam nasi uduk merupakan produk nabati, sehingga mengandung fitosterol, bukan kolesterol," kata Ahli Gizi dan Nutritionist lulusan Cornell University, Muhammad Rizal SGZ MS, saat dihubungi tim Health Liputan6.com pada Senin, 20 Januari 2025.
Namun, Rizal juga menekankan bahwa nasi uduk tidak dapat dianggap sebagai makanan yang 'anti kolesterol'. Hal ini disebabkan oleh tingginya kadar lemak jenuh yang terkandung dalam santan yang digunakan.
"Semakin kental santan yang digunakan, semakin tinggi pula kandungan lemak jenuhnya, yang dikaitkan dengan peningkatan LDL," tambahnya.
Untuk mengatasi masalah ini, Rizal merekomendasikan untuk menggunakan santan yang lebih encer atau santan instan yang rendah lemak, mengurangi jumlah santan yang digunakan, serta menambahkan sayuran seperti lalapan, timun, atau tomat sebagai pelengkap.
a
Pandangan serupa juga disampaikan oleh Desty Muzarofatus Sholikhah, S.K.M., M.Kes., seorang Dosen di Universitas Negeri Surabaya. Dia menjelaskan bahwa nasi uduk memang tidak mengandung kolesterol berkat adanya fitosterol dari santan.Namun,
Desty menekankan bahwa lauk pendamping nasi uduk biasanya berupa makanan yang digoreng, seperti ayam goreng, orek tempe, dan telur dadar, sementara sayuran yang disajikan sangat minim.
"Agar nasi uduk menjadi sarapan yang sehat, tambahkan sayuran, perhatikan porsi, minum air putih, dan pilih lauk yang tidak terlalu banyak digoreng," jelas Desty.
Di sisi lain, Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, Dr. dr. Vito Anggarino Damay, SpJP (K), M.Kes, AIFO-K, menyoroti betapa pentingnya cara memasak dan mengolah makanan yang kita konsumsi. Dalam sebuah video yang diunggah di akun Instagram pribadinya, @doktervito, Vito menyatakan,"Kolesterol dibutuhkan tubuh, tapi jika kadar LDL darah berlebihan, risiko serangan jantung meningkat."
Pernyataan ini menunjukkan bahwa pengelolaan kolesterol dalam tubuh harus diperhatikan dengan serius. Lebih lanjut, Vito juga mengingatkan agar kita menjauhi makanan yang digoreng, terutama yang menggunakan minyak bekas.Dia menjelaskan,"Minyak bekas mengandung radikal bebas yang memicu inflamasi dan mempercepat penumpukan plak kolesterol."
Dampak Tingginya Kadar Kolesterol
Dengan kata lain, pemilihan cara memasak yang sehat sangat berpengaruh terhadap kesehatan jantung kita. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk lebih bijak dalam memilih metode memasak agar kesehatan tetap terjaga.
Vito menjelaskan bahwa tingginya kadar kolesterol dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah, yang pada gilirannya meningkatkan kemungkinan terjadinya serangan jantung.
"Kolesterol yang berlebihan itu bikin telak, bikin tembul darah menyempit, dan bikin risiko serangan jantung meningkat. Itu sudah jelas, banyak studinya," ungkapnya.
Dia juga menekankan pentingnya menghindari kebiasaan mengonsumsi makanan yang digoreng, terutama jika minyak yang digunakan telah dipakai berulang kali. Kebiasaan ini dapat berkontribusi pada masalah kesehatan yang lebih serius.Salah satu risiko yang ditimbulkan oleh penggunaan minyak goreng bekas adalah memicu peradangan dalam tubuh. Minyak yang telah digunakan berkali-kali mengandung zat radikal bebas yang dapat merusak jaringan tubuh, termasuk pembuluh darah.
Peradangan yang terjadi akibat konsumsi minyak goreng bekas ini dapat menjadi awal dari berbagai masalah kesehatan yang lebih serius. Oleh karena itu, sangat penting untuk memperhatikan kualitas minyak yang digunakan dalam memasak demi menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan.