Liputan6.com, Jakarta - Wanita saat ini tak lagi ragu untuk tetap bekerja, meski harus mengurus anak dan rumah tangga. Stres dan manajemen waktu bersama anak serta keluarga menjadi tantangan utama yang harus dihadapi para ibu bekerja.
Psikolog dan ahli parenting, Samanta Elsener, mengungkapkan gejala stres berkaitan dengan parenting orangtua kepada anak. "Stres berkaitan dengan parenting agak samar-samar, tapi prinsipnya siklus bunda marah karena masalah personal atau anak," papar Samanta saat talkshow BundaFest di Sebuah Mal Kawasan Jakarta Selatan, Jumat, 6 Desember 2024.
Ia menyambung, "Masalah bunda ada kaitan dengan orang lain, teman, termasuk finansial. Kalau masalah anak misalnya, anak kenapa-kenapa, anak sakit, rewel, frustasi tidak tahu harus apa."
Ketika siklus stres muncul dari orang lain, hal itu juga bisa memengaruhi parenting ibu ke anak karena ibu bisa jadi tidak sabaran menghadapi anak. Sebaliknya, saat ibu sedang menghadapi masalah karena anak, juga akan memengaruhi pekerjaan maupun kehidupan sehari-harinya.
"Nanti muter polanya, sulit keluar dari masalah ini jika tidak bisa mengatasinya," kata Samanta lagi.
Ia memberi solusi agar stres diatasi sejak awal, dari gejala paling ringan yang ditandai dengan marah-marah. Gejala stres lain yang dialami seorang ibu selain suka marah-marah adalah susah tidur, overthinking, rasa makanan tidak konsisten saat memasak.
"Bisa ada masalah nafsu makan, atau makan kebanyakan dan tidak sehat atau bawaannya ingin curhat terus, mager nggak mau ngapa-ngapain," terangnya lagi.
Menangani Stres dan Manajemen Waktu
Level stres berikutnya lebih berat karena bisa melibatkan tindak kekerasan. Sementara, level stres tertinggi seorang ibu adalah bisa menyakiti anaknya, mengabaikan anak, bahkan membunuh anaknya. "Upayakan di level stres ringan ada upaya agar turun level stres, karena jika ditumpuk akan berbahaya," cetusnya.
Selain menangani stres, ibu bekerja juga harus memahami kebutuhan anaknya akan waktu bersama orangtua. "Anak kita kira-kira bisa ditinggal umur berapa?" tanyanya.
Samanta mengatakan, biasanya anak saat umur dua tahun sudah bisa ditinggal untuk dipercayakan kepada keluarga terdekat, seperti orangtua. Namun, banyak ibu bekerja yang masih merasa bersalah ketika harus meninggalkan anaknya di rumah.
"Kita harus meregulasi diri kita agar koneksinya aman," sarannya, sambil mengatakan bahwa ibu bekerja bisa setiap satu jam sekali video call dengan anaknya agar tetap merasa dekat.
Kemudian saat sudah berada di rumah, ibu bekerja harus bisa memiliki manajemen waktu yang efektif menjalankan perannya sebagai ibu saat bersama anak. Tapi ia mengingatkan pula, bahwa ibu tetap harus pintar mengatur waktunya sendiri, seperti untuk mandi dan me time agar menghindari stres.
Ibu Bekerja Butuh Support System
Lebih jauh, Samanta mengatakan, salah satu kebutuhan utama perempuan adalah dipahami. Sebab dengan merasa dipahami diharapkan pasangan dapat memberikan dukungan emosional pada ibu.
"Saat Bunda merasa dipahami, ia merasa dirinya didengar sehingga bisa jadi utuhkembali menjalani peran sebagai ibu," ujar Samanta. "Bunda membutuhkan support system yang dapat berjalan dengan baik, pasangan yang selalu diharapkan sebagai orang terdekat Bunda yang dapat membantu dan memberikan dukungan emosional," sambungnya.
Riset HaiBunda menunjukkan beberapa aspek yang para Bunda ingin lebih pahami dalam keseharian mereka. Survei menunjukkan sebanyak 63 persen ingin lebih memahami cara mengelola manajemen stres.
Sementara, 62,5 persen di antaranya ingin lebih memahami seputar parenting dan hubungan dengan pasangan. Adapun 56,8 persen responden ingin memperdalam wawasan tentang karier dan pengembangan diri setelah menjadi ibu. Hasil survei juga menunjukkan banyak ibu yang ingin lebih paham tentang pendidikan anak (55,1 persen), tips keuangan (49,1 persen), dan kesehatan keluarga (42,8 persen).
Kiat Cerdas Ibu Bekerja Mengatur Waktu
Mengutip dari kanal Hot Liputan6.com, 8 Oktober 2024, penting bagi ibu untuk menyadari bahwa kualitas waktu yang dihabiskan bersama anak jauh lebih penting daripada kuantitas waktu. Karenanya, menemukan cara tetap terlibat dalam kehidupan anak walau memiliki kesibukan pekerjaan kunci dalam menjaga keseimbangan dan kebahagiaan keluarga. Berikut strateginya yang dirangkum dari berbagai sumber:
1. Susun Agenda Setiap Hari
Menyusun jadwal harian yang terperinci merupakan langkah krusial untuk membagi waktu antara pekerjaan dan mengasuh anak. Dengan mendetailkan aktivitas sehari-hari, seorang ibu dapat mengenali periode penting untuk bekerja dan saat-saat yang dapat dihabiskan bersama anak.
2. Gunakan Waktu Kosong
Memanfaatkan waktu senggang di tempat kerja untuk berkomunikasi dengan anak bisa sangat menguntungkan. Contohnya, saat istirahat makan siang atau di sela-sela rapat, Anda bisa video call untuk mengetahui kabar dan aktivitas anak dapat tetap memunculkan bonding ke anak.
3. Ajak Anak Beraktivitas Bersama
Melibatkan anak dalam aktivitas sehari-hari merupakan cara yang efektif untuk menghabiskan waktu berkualitas bersama, misalnya, ketika memasak, ajaklah anak untuk membantu menyiapkan bahan atau mencampur adonan. Aktivitas ini tidak cuma menyenangkan, tetapi edukatif karena anak bisa belajar proses memasak dan pentingnya kerja sama.
4. Tentukan Tenggat Waktu
Membuat batasan yang tegas antara waktu kerja dan waktu bersama keluarga sangat penting untuk menjaga keseimbangan hidup. Saat berada di rumah, mematikan notifikasi pekerjaan agar tidak terganggu oleh pesan atau panggilan yang tidak perlu dapat menjadi langkah yang efektif.
5. Utamakan Waktu Berkualitas
Pentingnya kualitas waktu yang dihabiskan bersama anak melebihi jumlah waktu yang tersedia. Walaupun waktu mungkin terbatas, sebaiknya fokus pada kegiatan yang berarti.