Lawan Overtourism, Florence Italia Larang Penggunaan Kotak Kunci dan Pengeras Suara

6 days ago 7

Liputan6.com, Jakarta - Overtourism menjadi isu yang terus menyebar di berbagai destinasi wisata dunia. Begitu pula dengan di Florence, ibu kota Tuscany di Italia. Pemerintah kota setempat mengambil langkah serius untuk melawan masalah tersebut dengan memperkenalkan berbagai aturan baru seiring meningkatkan keluhan masyarakat atas melonjaknya kunjungan wisatawan ke sana.

Dengan seni dan arsitektur Renaisans yang menakjubkan, Florence, dikenal pula sebagai Firenze dalam bahasa Italia, telah lama menjadi tujuan populer bagi para pelancong. Hal itu berdampak pada kualitas kesejahteraan dan kenyamanan penduduk setempat yang menurun. 

Menjelang pertemuan para menteri pariwisata dari kelompok G7 di Florence, Wali Kota Sarah Funaro mengumumkan rencana 10 poin untuk mengatasi masalah overtourism pada minggu ini. Salah satunya adalah melarang penggunaan kotak kunci, yang biasa dilindungi nomor kombinasi. 

Benda itu biasa digunakan oleh pemilik properti sewa jangka pendek untuk memudahkan proses check-in bagi tamu. Akhir-akhir ini, kotak-kotak itu menjadi sasaran vandalisme penduduk setempat yang frustasi dengan keadaan dengan mencorat-coret tanda silang merah di kotak tersebut.

Berikutnya, pemerintah juga akan membatasi penggunaan mobil golf yang banyak digunakan pemandu wisata untuk membawa pengunjung berkeliling kota ke daerah yang mobil dilarang melintas. Florence juga melarang penggunaan pengeras suara bagi pemandu wisata.

"Langkah-langkah ini dimaksudkan untuk membuat ibu kota Tuscany menjadi kota yang hidup dan unik bagi pengunjung dan penduduk setempat," demikian pernyataan dari dewan kota.

Lonjakan Kunjungan Wisatawan ke Florence

Dewan kota Florence mengatakan bahwa pembatasan ini didorong oleh lonjakan pariwisata yang telah menjadi tidak tertahankan bagi penduduk yang tinggal di sana secara permanen. Menurut mereka, lebih dari 7,8 juta orang telah mengunjungi Florence dalam sembilan bulan pertama tahun 2024.

"Kota ini tidak lagi mampu mendukung, tanpa melemahkan nilai warisannya dan melihat kelayakan hidupnya terganggu, kehadiran aktivitas dan sarana yang begitu besar untuk penggunaan wisata eksklusif yang terkonsentrasi di hanya lima kilometer persegi (sekitar 2 mil persegi)," kata dewan kota dalam pernyataan tersebut.

Imbas negatif kunjungan wisata ke kota yang terdaftar sebagai situs Warisan Dunia UNESCO itu juga datang dari perilaku buruk wisatawan. Pada musim panas ini, seorang turs wanita terekam berbuat cabul pada patung Bacchus.

Turis perempuan berambut pirang itu awalnya terlihat memanjat patung tembaga karya Giambologna di Borgo San Jacopo, Florence, sebelum menciumnya. Ia lalu mengubah posenya, mendekatkan bokongnya ke tubuh patung seolah sedang berhubungan seks saat temannya mengambil foto.

Foto-foto mereka yang diburamkan beredar di Facebook komunitas setempat. "Inilah rasa hormat terhadap Florence," bunyi keterangan dalam unggahan tersebut menyindir pariwisata di salah satu kota ternama di Italia tersebut.

Pandangan Berbeda Menteri Pariwisata Italia

Sejumlah destinasi populer di Italia sudah mengeluarkan berbagai upaya untuk menekan laju pariwisata massal. Sebelum Florece, ada situs arkeologi Pompeii yang lebih dulu mengumumkan akan membatasi pengunjung harian maksimal 20 ribu orang dan mengharuskan membeli tiket personalisasi.

Venesia juga mengumumkan akan kembali mengenakan biaya masuk pada 2025 selama puncak pariwisata yang ramai. Sementara di Roma, Air Mancur Trevi akan membatasi akses pengunjung ke air mancur setelah pekerjaan renovasi selesai pada Desember 2024.

Namun, pandangan berbeda dilontarkan Menteri Pariwisata Italia Daniela Santanche yang akan menjadi tuan rumah pertemuan puncak G7 pada minggu ini. Alih-alih membatasi jumlah wisatawan, ia berpendapat negara tersebut harus menambah hingga 50 juta pengunjung per tahun.

Dia juga mengaku tidak setuju dengan penggunaan kata overtourism. "Namun, saya mengerti bahwa kita memiliki wilayah dengan terlalu banyak orang," ujarnya.

"Tetapi pertanyaan yang harus kita tanyakan pada diri sendiri adalah: Bukankah kita telah menghancurkan perdagangan yang menghidupkan pusat bersejarah kita untuk komunitas di daerah-daerah tersebut juga? Jika bukannya membuka toko swalayan, kita telah mempertahankan toko-toko kita dan mendorong keunggulan kita, mungkin kita akan memiliki lebih sedikit pariwisata 'buru-buru', yang memberi kita sedikit keuntungan. Itu adalah hukum ekonomi: untuk membantu masyarakat bawah, Anda harus menumbuhkan kelompok atas."

Strategi Pemerintah Atasi Overtourism di Bali

Dari Indonesia, isu overtourism yang melanda Bali selatan dan tengah belum sepenuhnya terkendali. Upaya redistribusi wisatawan terus digencarkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dengan merilis paket wisata 3B, yakni Banyuwangi - Bali Barat - Bali Utara, pada 20 September 2024.

Dalam paket wisata itu, Banyuwangi dijadikan sebagai pintu masuk. Kabupaten paling timur dari Pulau Jawa itu bisa diakses via darat maupun udara dari berbagai kota di Jawa. Selanjutnya, wisatawan yang ingin berkunjung ke Bali Utara dan Bali Barat bisa menggunakan kapal cepat dari Pantai Boom di Banyuwangi menuju Lovina, dengan titik pemberhentian di dermaga Desa Pemuteran, Kabupaten Buleleng.

Dalam rilis yang diterima Tim Lifestyle Liputan6.com, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menjajal rute tersebut menggunakan kapal cepat pada Sabtu, 21 September 2024. Ia mengaku senang sekaligus menikmati pemandangan alam yang indah dari Taman Nasional Bali Barat dari kejauhan.

Menparekraf optimistis paket wisata ini bisa menarik minat banyak wisatawan. Karena selain menuju Lovina, Desa Pemuteran juga memiliki berbagai daya tarik seperti wisata religi juga salah satu event terbaik, yakni Pemuteran Bay Festival. "Dengan kapal cepat, mereka (wisatawan) bisa bermalam lebih dulu di Banyuwangi lalu menuju Lovina hanya dengan waktu dua jam," ujarnya.

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |