Duh, Lukisan Berharga Hampir Rp1 Triliun Rusak karena Ulah Anak-anak

7 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Lukisan besar karya pelukis Mark Rothko di Museum Boijmans Van Beuningen, Rotterdam, Belanda rusak. Lukisan yang diperkirakan bernilai puluhan juta dolar ini tergores oleh seorang anak yang berkunjung.

Insisden ini memaksa pihak museum untuk segera mengambil tindakan perbaikan. Mengutip dari CNN, Selasa (29/4/2025),  lukisan berjudul "Grey, Orange on Maroon, No. 8" ini adalah salah satu karya abstrak Mark Rothko pada 1960. Dengan ukuran tinggi 7 kaki, 6 inci dan lebar 8 kaki, 6 inci, lukisan ini menjadi pusat perhatian di museum tersebut.

Saat ini, lukisan tersebut dipindahkan ke Depot Boijmans Van Beuningen karena museum utama sedang direnovasi besar-besaran. Museum mengonfirmasi insiden tersebut dalam pernyataan resmi yang dikirim melalui email ke media internasional, termasuk CNN.

Dalam pernyataan tersebut, mereka menyatakan bahwa lukisan Rothko mengalami kerusakan ringan setelah seorang anak menyentuhnya. "Akibatnya, goresan kecil terlihat pada lapisan cat yang tidak dipernis di bagian bawah lukisan," jelas pihak museum.

Ahli konservasi dari dalam dan luar negeri telah dicari untuk menangani kerusakan ini. Saat ini, museum sedang meneliti langkah-langkah selanjutnya untuk perawatan lukisan tersebut, dengan harapan dapat memamerkannya kembali di masa mendatang.

Namun, museum menolak memberikan informasi mengenai nilai lukisan atau biaya perbaikan yang diperlukan maupun siapa yang akan menanggung biaya tersebut. Lukisan Rothko ini dibeli pada 1970-an dengan jumlah yang tidak diungkapkan. Namun, BBC melaporkan lukisan abstrak itu diperkirakan bernilai 50 juta euro, sekitar Rp956,8 miliar menurut surat kabar AD.

Karya Mark Rothko dengan Warna Ikonik

Menurut situs web museum, penilaian nilai karya seni seperti ini biasanya melibatkan penilai dari balai lelang internasional, dan harganya sangat bergantung pada kondisi, ukuran, dan bingkai. Mark Rothko, seniman Amerika kelahiran Latvia yang meninggal pada 1970, dikenal dengan lukisan bidang warna-nya yang ikonik.

Karya-karyanya sering kali terjual jutaan dolar di pelelangan. Sebagai contoh, pada November 2023, salah satu karyanya yang berjudul "Tanpa Judul", 1968 terjual seharga 23,9 juta dolar atau setara Rp400,9 miliar di Sotheby's, New York.

Museum dan galeri seni di seluruh dunia berusaha untuk mempromosikan kunjungan keluarga, termasuk anak-anak, dengan harapan dapat menumbuhkan minat awal pada seni. Banyak dari institusi ini memiliki program dan lokakarya yang dirancang khusus untuk pengunjung muda.

Namun, seperti yang diungkapkan oleh Maxwell Blowfield, penulis dan pencipta buletin Maxwell Museums, anak-anak memang tidak dapat diprediksi. Blowfield menyatakan kepada CNN, "Setiap museum dan galeri berpikir keras tentang cara menyeimbangkan akses fisik yang bermakna ke karya seni dan objek dengan menjaganya tetap aman. Saya akan mengatakan sebagian besar memiliki keseimbangan yang tepat tetapi kecelakaan masih dapat terjadi."

Kaleng Sup Dilempar ke Lukisan Van Gog

Insiden lukisan rusak lainnya terjadi akibat ulah dua aktivis iklim dari kelompok Just Stop Oil. Mereka dijatuhi hukuman penjara oleh pengadilan London pada Jumat, 27 September 2024, karena melemparkan sup ke lukisan 'Bunga Matahari' karya Vincent Van Gogh selama protes terhadap bahan bakar fosil.

Phoebe Plummer (23) dan Anna Holland (22) masing-masing dipenjara selama dua tahun dan 20 bulan, menurut PA Media. Kedua aktivis yang dijatuhi hukuman pada  pekan lalu dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana perusakan karena menuangkan isi dua kaleng sup tomat ke atas lukisan Van Gogh yang terkenal pada Oktober 2022.

Insiden menyebabkan kerusakan pada bingkai karya seni tersebut yang berwarna emas.  Mereka juga menempelkan tangan pada dinding di bawah lukisan itu, di Galeri Nasional di London.

Lukisan Bunga Matahari yang bernilai lebih dari USD84 juta dilapisi di bawah kaca pelindung. Namun, para pengunjuk rasa dituduh menyebabkan kerusakan senilai 10.000 poundsterling (lebih dari Rp202 juta) pada bingkai emasnya.

Sup Merembes

Hakim Christopher Hehir menegur Plummer dan Holland di pengadilan tersebut, dengan mengatakan 'harta budaya' bisa saja 'rusak parah atau bahkan hancur' oleh tindakan mereka. "Sup mungkin merembes melalui gelas. Anda tidak peduli apakah lukisan itu rusak atau tidak," katanya di pengadilan. "Kamu tidak punya hak untuk melakukan apa yang kamu lakukan terhadap 'Bunga Matahari'."

Hakim menjatuhkan hukuman tambahan tiga bulan penjara kepada Plummer karena terlibat dalam 'slow march', sebuah protes pada 2023 yang menyebabkan kemacetan lalu lintas di London barat. "Anda jelas berpikir bahwa keyakinan Anda memberi Anda hak untuk melakukan kejahatan ketika Anda menginginkannya. Anda tidak berhak," kata hakim.

Hehir adalah hakim yang sama yang baru-baru ini menjatuhkan hukuman penjara bertahun-tahun kepada lima aktivis iklim karena peran mereka dalam protes yang mengganggu. Semuanya berasal dari Just Stop Oil atau kelompok sekutunya, Extinction Rebellion.

Plummer, mewakili dirinya sendiri, mengatakan kepada pengadilan, "Pilihan saya hari ini adalah menerima hukuman apa pun yang saya terima dengan senyuman. Bukan hanya saya sendiri yang dijatuhi hukuman hari ini, atau rekan-rekan terdakwa saya, namun landasan demokrasi itu sendiri." 

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |